Sabtu, 03 Oktober 2009

Tujuh Mitos dan Fakta Seputar Gigi Berlubang

APAKAH Anda selalu menghindari lemon karena takut kandungan asamnya merusak gigi? Atau, Anda sangat membatasi konsumsi gula karena takut gigi berlubang? Hal ini tidak sepenuhnya benar, namun umumnya sangat diyakini di tengah-tengah masyarakat. Untuk membantu Anda mendapatkan pemahaman yang tepat, berikut beberapa mitos dan faktar seputar gigi berlubang menurut Kimberly A. Harms, DDS, seorang consumer advisor American Dental Association.

1. Gula merupakan penyebab utama gigi berlubang

Mitos dan fakta. Gigi berlubang disebabkan oleh asam yang diproduksi oleh bakteri di dalam mulut. Bakteri akan mengonsumsi karbohidrat, yang salah satunya adalah gula. Makanan lain seperti beras, kentang, roti, buah-buahan dan sayuran juga termasuk karbohidrat. Saat Anda mengonsumsi makanan ini, bakteri akan aktif dan memproduksi asam yang bersifat melubangi gigi.

"Begitu terbentuk lubang kecil, maka bakteri akan mempunyai tempat aman yang tidak bisa dijangkau oleh sikat gigi," terang Harm. Bakteri ini akan terus mengolah karbohidrat, menghasilkan asam, sehingga lubang di gigi semakin melebar.

Apakah konsumsi karbohidrat harus dikurangi? Menurut Harm, bukan jumlahnya tetapi lama paparan yang mempengaruhi kerusakan gigi. Jika Anda makan banyak karbohidrat saat makan siang, itu hanyalah satu paparan besar. Tapi, jika Anda terus-terusan minum minuman bergula sepanjang hari, maka dikatakan paparan berkelanjutan."Dan ini jauh lebih membahayakan kesehatan gigi."

2. Terpapar makanan asam seperti lemon bisa merusak gigi

Fakta. Makanan asam seperti lemon, jeruk sitrus, atau minuman ringan tidak menyebabkan gigi berlubang. Tetapi makanan ini bisa membahayakan email gigi."Asam bisa mengikis lapisan email pelindung gigi dan membuat gigi jadi rapuh," terang Harm. Jika Anda kehilangan lapisan pelindung, maka gigi cenderung lebih mudah rusak.

3. Anak-anak berisiko lebih besar menderita gigi berlubang dibandingkan orang dewasa

Mitos. Kerusakan gigi pada anak selama 20 tahun terakhir, menurut Harm, telah bisa dikurangi hingga setengahnya dengan bantuan air yang mengandung fluor beserta perawatan lainnya.

Di sisi lain, jumlah gigi berlubang justru meningkat pada orang dewasa. Peningkatan ini, menurut Harm, dipicu oleh berbagai hal termasuk penggunaan obat yang bersifat mengeringkan mulut dengan cara mengurangi air liur. Air liur sangat penting dalam melawan kerusakan gigi dengan cara menetralkan asam, mengeluarkan bakteri, mencegah makanan lengket ke gigi, serta mengandung komponen yang bersifat desinfektan.

4. Aspirin yang ditempatkan di samping gigi akan membantu meredakan sakit gigi

Mitos. Anda bisa meredakan sakit gigi dengan cara menelan aspirin. Aspirin, menurut Harm, bersifat asam dan jika diletakkan di samping gigi justru akan membakar jaringan gusi dan menyebabkan bengkak."Jadi, jangan melakukan hal ini, pastikan menelan aspirin tersebut."

5. Anda akan tahu saat gigi mulai berlubang

Mitos. Menurut Harm, pernyataan ini hanyalah mitos semata. Kerusakan gigi ringan, terang dia, tidak menimbulkan gejala. Rasa sakit yang dirasakan muncul setelah gigi mengalami kerusakan parah dan menyebabkan kerusakan saraf. Dan sekali gigi mengalami kerusakan, lanjut harm, gigi tidak akan bisa memperbaiki dirinya sendiri. Gigi berlubang akan terus melebar. Karena itu, pastikan memeriksakan gigi secara teratur.

6. Begitu gigi diobati, maka kerusakan pun akan turut berhenti

Fakta. Menurut Harm, Anda mungkin kembali mengalami kerusakan gigi tetapi di area gigi yang lain. Bagian rusak yang telah diperbaiki dan dirawat dengan cara menggosok dan flossing biasanya tidak akan mengalami kerusakan kembali.

Akan tetapi, bahan yang digunakan untuk menutup lubang (filling) bisa saja bertambah tua dan batas perlekatannya dengan gigi menjadi retak. Dan karena area tersebut tidak bisa dicapai oleh sikat gigi, maka bakteri bisa masuk dan kembali memicu kerusakan baru.

7. Ruang di antara gigi mempengaruhi kemungkinan gigi berlubang

Fakta. Jika ada jarak kecil antara gigi yang satu dengan yang lain dan tidak bisa dibersihkan, maka Anda lebih berisiko mengalami gigi berlubang."Jarak yang lebih besar lebih mudah untuk dibersihkan, dan sepanjang ruang renggang ini bebas bakteri, kemungkinan gigi berlubang pada jarak yang lebar lebih kecil." (OL-08)


Sumber :
Ika Rowina Tarigan
http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2009/08/22/1535/5/Tujuh-Mitos-dan-Fakta-Seputar-Gigi-Berlubang
22 Agustus 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar