Sabtu, 03 Oktober 2009

5 Rahasia Gigi Rusak


Kesehatan gigi bagi sebagian besar masyrakat Indonesia tidak terlalu diperhatikan. Lihat saja gigi anak-anak Indonesia yang sedari kecil sudah berkarang ataupun tidak bersih. Permasalahan-permasalahan seputar gigi memang biasa disebabkan karena kebiasaan menjaga kesehatan gigi yang masih rendah hingga factor lain seperti pengaruh makanan-makanan yang dikonsumsi. Cokelat, permen, dan makanan-makanan manis lainnya biasa menjadi mimpi buruk bagi ketahanan gigi. Namun, tidak hanya makanan manis saja yang bisa membuat gigi rusak. Selain itu, masih banyak persoalan seputar gigi lainnya yang banyak tidak diketahui oleh masyarakat. Artikel berikut akan berusaha menyibak Lima Rahasia Gigi Rusak yang belum terungkap sebelumnya.

1. Makanan/minuman yang asam juga bisa merusak gigi
Selama ini orang selalu menyalahkan makanan-makanan manis setiap kali kesehatan giginya terganggu. Namun, ternyata menurut Martha Keels dari Duke’s Children’s Hospital, makanan yang asam serta memiliki Ph yang rendah seperti permen asam, soft drink, dan jus buah juga bisa menyebabkan kerusahkan pada gigi. Namun, bukan berarti kita dilarang untuk mengkonsumsi makanan serta minuman mengandung rasa asam ini, menurut Keels hal ini bisa diatasi dengan mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut pada saat waktu ngemil, bukan berbarengan dengan makan berat. Dengan mengkonsumsi sewaktu ngemil, efek kerusakan bisa diminimalisir dengan asupan makanan setelahnya. Selain itu, dianjurkan juga untuk mengunyah permen karet yang mengandung Xylitol setelah mengkonsumsi makanan serta minuman mengangung asam tersebut karena Xylitol mampu membunuh bakteri dan juga mencegah lubang pada gigi (cavity).

2. Lapisan email gigi adalah yang paling keras, tapi juga rapuh
Lapisan email gigi merupakan lapisan gigi yang paling kuat, namun lapisan ini bisa juga rusak disebabkan oleh beberapa hal seperti pop corn, es, dan piercing. Mengkosumsi pop corn dan es secara bersamaan membuat email gigi akan bekerja sangat keras. Hal ini dikarenakan keduanya merupakan benda yang dianggap keras bagi gigi. Selain itu, piercing juga dianggap berbahaya karena kandungan bakteri yang ada di dalam metal aksesorisnya. Lagipula, setiap kali berbicara aksesoris piercing ini akan terbentur-bentur ke gigi yang membuat lapisan email semakin lama semakin rapuh. Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Journal of Dentistry menemukan bahwa 14-41% pengguna piercing mengalami permasalahan pada gigi. Bahaya piercing ini juga mampu membuat gigi terpaksa dicabut.

3. Kehilangan gigi bisa terjadi kapan saja
Bagian gigi yang paling mudah mati adalah wisdom teeh atau gigi graham yang biasa baru tumbuh saat usia 17-25 tahun. Bagian gigi yang paling rawan terancam ‘hilang’ adalah lateral incisor yang terletak di samping persis gigi seri. Selain itu, kehilangan gigi ini juga bisa disebabkan oleh factor keturunan. Namun, dari semua itu, factor penyebab yang paling sering membuat kehilangan gigi adalah kerusakan pada gusi dan terjadinya karang gigi.

4. Terlalu banyak fluoride juga bisa berbahaya
Kebanyakan dari kita percaya bahwa gigi putih adalah gigi yang sehat. Fluoride yang terdapat dalam pasta gigi inilah yang membuat gigi menjadi putih. Oleh karena itu, kebanyakan orang justru salah kaprah menangkap bahwa dengan mengoleskan pasta gigi sebanyak-banyak bisa membuat gigi semakin putih. Kebanyakan fluoride ini membahayakan bagi kesehatan gigi karena bisa menyebabkan gigi berliang. Sebenarnya, pada dasarnya warna gigi manusia itu adalah bukan putih bersih seperti di iklan-iklan pasta gigi yang ada sekarang.

5. Kawat gigi bisa menyebabkan karang pada gigi
Sisa-sisa makanan yang menyangkut di kawat gigi, jika tidak segera dibersihkan, bisa menghancurkan lapisan email pada gigi. Selain itu, berbeda dengan orang-orang yang tidak memakai kawat gigi, para pengguna kawat gigi tidak bisa leluasa membersihkan sisa makanan dengan menggunakan lidah karena merasa tidak nyaman terbentur dengan kawat. Oleh karena itulah, kemungkinan makanan sisa yang tertimbun di gigi bagi para pengguna kawat gigi menjadi lebih besar.


Sumber :
http://www.rileks.com/hot-rileks/24949-5-rahasia-gigi-rusak.html
23 Juni 2009

Sumber Gambar:
http://themedicmedia.com/wp-content/uploads/2009/07/dentist001.jpg

Pentingnya Menggosok Gigi

Bangun tidur ku terus mandi
Tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi ku tolong ibu
Membersihkan tempat tidur ku

Lirik lagu di atas mungkin sangat familiar bagi kita di masa kanak-kanak. Di balik lirik syairnya yang sederhana dan mudah dihafal ternyata ada penjelasan ilmiah yang perlu kita perhatikan. Lirik kedua “tidak lupa menggosok gigi” mengingatkan kita bagaimana pentingnya menggosok gigi. Bahkan Ikatan Dokter Gigi Indonesia (IDGI) menyarankan untuk menggosok gigi sekurang-kurangnya dua kali sekali. Ada apakah gerangan? Berikut adalah penjelasan sederhana kenapa kita mesti menggosok gigi.

Air liur (secara ilmiah disebut dengan saliva) mengandung lebih dari seratus milyar (108) bakteri per milimeternya. Dalam air liur juga mengandung lapisan tipis glikoprotein yang menempel pada enamel gigi, dan menjadi medium pertumbuhan bagi milyaran bakteri tersebut.

Di antara milyaran bakteri tersebut, Streptococccus mutans merupakan bakteri yang menyebabkan pembusukan dan menyebabkan lubang pada gigi. Bakteri ini menghasilkan suatu enzim khusus yang dikenal dengan glukosil transferase yang berkerja secara spesifik dalam penguraian sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (sukrosa merupakan jenis gula yang kita konsumsi sehari-hari). Enzim ini selanjutnya akan merombak glukosa yang telah diuraikan tadi menjadi suatu polisakarida yang disebut dengan dextran. Plak gigi (dental plaque), atau disebut juga dengan karang gigi, merupakan sejumlah besar dextran yang menempel pada enamel gigi dan menjadi media pertumbuhan bagi berbagai jenis bakteri tersebut.

Pembentukan plak gigi ini merupakan langkah awal dalam proses pembusukan gigi. Hasil penguraian sukrosa yang kedua adalah fruktosa. Bakteri Lactobacillus bravis mengubah fruktosa menjadi asam laktat melalui serangkaian reaksi glikolisis dan fermentasi. Terbentuknya asam laktat akan menyebabkan penurunan pH pada permukaan gigi. Suasana asam ini menyebabkan kalsium dari enamel gigi akan terurai atau rusak.

Secara alamiah kita memproduksi 1 liter air liur setiap hari yang berguna mengurangi keasaman mulut. Akan tetapi, plak gigi yang terbentuk tidak bisa diuraikan oleh air liur tersebut. Plak gigi ini menahan keberadaan bakteri. Akibatnya asam laktat akan tetap terbentuk dan tetap akan merusak enamel gigi.

Menggosok gigi secara teratur dapat membantu mengurangi pembentukan plak gigi. Mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung sukrosa juga merupakan langkah pencegahan kerusakan gigi. Kontrol kesehatan gigi secara berkala merupakan salah satu langkah menjaga kesehatan gigi. Agar kita dapat membantu ibu bukan hanya sekedar membersihkan tempat tidur lho.


Sumber :
Syaputra Irwan
http://www.forumsains.com/index.php?page=pentingnya-menggosok-gigi
1 Juni 2009

Penyakit Gigi

Penyakit gigi sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Agar kesehatan gigi dan gusi bisa terawat dengan baik, perlu dilakukan perawatan yang baik.

Hal ini dikarenakan:

Kita memerlukan gigi yang sehat dan kuat untuk mengunyah dan mencerna makan dengan baik
Gigi berlubang (caries) yang sakit dan gusi yang sakit dapat dicegah dengan perawatan gigi yang baik
Pembusukan atau keroposnya gigi yang disebabkan oleh kurangnya kebersihan dapat menimbulkan infeksi parah yang mengenai bagian-bagian tubuh lainnya.

A. Untuk menjaga agar gigi dan gusi tetap sehat:

Hindari makanan yang manis. Makanan yang manis seperti tebu, gula-gula, kue kering yang manis, teh atau kopi yang bergula dapat merusak gihgi dengan cepat. Jangan membiasakan anak-anak dengan makanan dan minuman yang manis secara berlebihan, jika Anda menghendaki mereka memiliki gigi yang baik.
Menyikat gigi dengan baik setiap hari. Segeralah menyikat gigi setelah makan sesuatu yang manis. Mulailah menyikat gigi anak-anak Anda ketika gigi tersebut mucul. Ajari mereka untuk menyikat gigi secara mandiri, dan perhatikan apakah mereka menyikatnya dengan benar.
Membubuhkan Fluoride di dalam air minum atau langsung pada gigi akan membantu mencegah lubang pada gigi.
Jangan memberikan susu botol kepada bayi yang sudah besar. Mengisap susu dari botol akan membuat gigi bayi mengalami pembusukan.
Hindari merokok
Mengonsumsi minuman beralkohol tidak dianjurkan karena dapat merusak gigi dan gusi.

B. Gigi Berlubang (Caries)

Untuk menjaga agar gigi yang berlubang tidak menimbulkan rasa sakit atau membentuk kantung nanah (abses), hindarilah makanan yang manis dan sikatlah gigi tersebut baik-baik setiap sesudah makan.

Kalau dapat, pergilah ke petugas kesehatan gigi segera. Ia dapat membersihkan dan menambal gigi tersebut sehingga gigi dapat bertahan selama bertahun-tahun.

Perhatian:

Jika gigi Anda berlubang, jangan menunggu hingga rasa sakit menekan. Mintalah petugas kesehatan untuk segera menambalnya.


C. Plak Gigi

Sesaat setelah selesai menggosok gigi, akan tampak suatu lapisan tipis. Lapisan ini dinamakan plak dan berisi berbagai macam bakteri.
Makanan manis yang kita konsumsi akan membuat semacam plak di sela-sela gigi, berubah menjadi asam, sehingga merusak gigi.


D. Sakit Gusi

Plak yang telah mengorosi gigi lambat laun akan berubah menjadi tartar. Plak dan tartar akan membuat gusi Anda teriritasi, merah, dan sering ngilu. Ini dinamakan gejala gingivitis. Tanda paling nyata Anda terkena gingivitis adalah gusi Anda berdarah saat menggosok gigi. Agar kejadian ini tidak terulang, usahakan menggosok gigi secara teratur.

Gingivitis tidak dapat disembuhkan karena tulang gigi secara berangsur-angsur hilang. Ini disebut periodontal disease. Tak ada jalan lain untuk mencegah penyakit ini hanya dengan merawat kesehatan gigi dengan baik.


E. Cara Menggosok Gigi yang Benar

Gosoklah gigi Anda minimal dua kali sehari, atau sesudah makan dan sebelum tidur.
Gunakan pasta gigi berfluoride untuk mencegah pengeroposan tulang gigi dan menjaga kesehatan gusi
Mulailah dari sisi gigi satu, diikuti sisi yang lain. Sikat seluruh permukaan gigi, baik yang di luar, belakang, maupun bagian yang tersembunyi
Harap hati-hati ketika menyikat plak pada bagian gigi yang tersembunyi dan sulit dijangkau. Ini dikarenakan gusi bisa berdarah karena gesekan sikat.
Jika memungkinkan, setelah menggosok gigi gunakan mouthwas untuk mengurangi bahkan menghilangkan plak dari gigi
Gantilah sikat gigi Anda setiap tiga bulan sekali

F. Bagaimana dengan sikat gigi elektrik?

Beberapa orang memilih sikat gigi elektrik dikarenakan anggapan bahwa sikat tersebut akan membersihkan gigi secara optimal. Pada kenyataannya, sikat gigi apapun tidak memberi pengaruh yang besar jika teknik menggosok gigi tidak baik.

Walaupun Anda memakai sikat gigi konvensional, jika Anda rajin dan telaten membersihkan gigi dijamin gigi Anda sehat. Jadi tidak ada jaminan sikat gigi elektrik akan memberikan hasil yang memuaskan.


Sumber :
http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/penyakit-gigi.htm

Sudahkah Anda Menyikat Gigi dengan Benar?

Kenali cara menyikat gigi secara tepat agar terhindar dari masalah gigi dan gusi.

Pada 12 September 2009 lalu, seluruh masyarakat dunia memperingati Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia. Di Indonesia sendiri, ajang kerjasama Persatuan Dokter Gigi Indonesia dan PT. Unilever ini dimanfaatkan dengan membagikan selebaran yang berisi informasi lengkap tentang kesehatan gigi di Bundaran HI dan Bundaran Senayan, Jakarta.

"Saya rasa masyarakat sudah banyak yang teratur menyikat gigi, tetapi sebagian besar tidak mempraktekan menyikat gigi dengan benar. Jadi, hasilnya tidak optimal," kata drg. Zaura Rini Anggraeni, Ketua PDGI dalam konfrensi pers Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia, di Hotel Nikko Jakarta, 11 September 2009 lalu.

Hal tersebut terbukti dari penelitian Kesehatan Dasar (Indonesia Basic Health Research) 2007 bahwa di Indonesia, 91,1% orang menggosok gigi setiap hari, namun hanya 7,3% dari keseluruhan yang mengikuti petunjuk untuk menggosok gigi pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.

Tidak dipraktekannya menyikat gigi dengan benar menimbulkan kasus gigi berlubang yang jumlahnya masih sangat tinggi di Indonesia. Faktanya, 72,1 % penduduk Indonesia memiliki masalah gigi berlubang dan 46,5 % diantaranya tidak merawat gigi berlubang. Hal tersebut tentu akan berdampak negatif bukan hanya pada kesehatan gigi dan mulut tetapi juga kesahtan tubuh secara keseluruhan.

Efek dari gigi berlubang antara lain masuknya bakteri pada lubang gigi yang menimbulkan rasa sakit yang luar biasa dan bau mulut. Selain itu, jika lubang gigi sudah dalam keadaan kronis makan bisa berefek pada kesehatan organ tubuh lainnya seperti jantung dan otak. Untuk itu, mulai sekarang biasakan sikat gigi setelah makan, jangan biarkan sisa makanan menempel dalam waktu lama di gigi Anda karena akan memicu lubang (karies) pada gigi.

Yang perlu Anda tahu, terdapat beberapa cara berbeda dalam menggosok gigi.
- Pertama, sebaiknya gerakan menyikat gigi jangan terlalu cepat dan keras, karena dapat merusak jaringan gusi dan lapisan gigi.

- Kedua menyikat gigi harus dilakukan secara sistematis, tidak ada sisa makanan tertinggal. Simak gerakannya yang benar:
a. Gerakan vertikal. Arah gerakan menggosok gigi ke atas ke bawah dalam keadaan rahang atas dan bawah tertutup. Lalu, lanjutkan dengan gerakan menggosok gigi ke atas ke bawah dalam keadaan mulut terbuka.

b. Gerakan horizontal. Arah gerakan menggosok gigi ke depan ke belakang dari permukaan bukal dan lingual (permukaan gigi yang menghadap ke pipi). Gerakan menggosok pada bidang kunyah dikenal sebagai scrub brush. Caranya mudah dilakukan dan sesuai dengan bentuk anatomi permukaan kunyah. Kombinasi gerakan vertikal-horizontal, bila dilakukan harus sangat hati-hati karena dapat menyebabkan resesi gusi atau abrasi lapisan gigi.

c. Gerakan memutar. Cara ini, gerakannya sederhana, paling dianjurkan, efisien dan menjangkau semua bagian mulut. Bulu sikat ditempatkan pada permukaan gusi, jauh dari permukaan bidang kunyah, ujung bulu sikat mengarah ke ujung akar, gerakan perlahan melalui permukaan gigi sehingga bagian belakang kepala sikat bergerak dalam lengkungan.

Pada waktu bulu-bulu sikat melalui mahkota gigi, kedudukannya hampir tegak terhadap permukaan email. Ulangi gerakan ini sampai lebih kurang 12 kali sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini dapat menghasilkan pemijatan gusi dan membersihan sisa makanan di daerah antara gigi.


Sumber :
Petti Lubis, Mutia Nugraheni
http://kosmo.vivanews.com/news/read/90266-sudahkah_anda_menyikat_gigi_dengan_benar_
14 September 2009

Desain Gigi Lebih Hebat dari Pesawat

Apakah Anda pernah berpikir mengapa email pada gigi kita yang hanya setebal gelas dapat menahan tekanan saat mengunyah? Karena tergelitik dengan pertanyaan ini Profesor Herzl Chai dari Universitas Tel Aviv, Israel, mencoba meneliti dan memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Hasil penelitiannya mengungkap struktur gigi yang canggih yang dapat menahan tekanan sehingga membuat gigi tetap utuh. "Gigi dibuat dari materi yang canggih yang mampu merespon tekanan dengan canggih pula," ujar Chai seperti dikutip Sciendaily.

Gigi juga mampu membuat jaringan rekahan kecil yang bisa menyebarkan tekanan saat harus mengunyah benda keras seperti kacang. Yang lebih hebat lagi struktur gigi ternyata lebih canggih daripada struktur pesawat terbang dalam menahan tekanan. Tidak seperti pesawat yang hanya memiliki satu lapisan serat yang tersusun teratur dalam jaringan, gigi membentuk gelombang dalam strukturnya, disamping serat dan matriks yang tersusun dalam beberapa lapisan. Ini yang membuat gigi mampu menyerap tekanan sekaligus mencegah pecahnya gigi.

Struktur gigi inilah yang harus ditiru para ahli disain pesawat terbang agar mampu membuat kendaraan yang kuat sekaligus ringan. Meski demikian memang agak sulit mengingat para ahli desain harus mampu menemukan bahan yang dapat mengatasi rekahan mikro secara otomatif seperti yang dilakukan gigi saat meredam tekanan. Walaupun sulit struktur gigi tetap dapat menjadi inspirasi bagi kemajuan teknologi desain pesawat.(DIO)

Sumber :
http://tekno.liputan6.com/berita/200909/243231/Desain.Gigi.Lebih.Hebat.dari.Pesawat
6 September 2009

Meneropong Penyakit Melalui Gigi

Tahukah Anda bahwa gejala awal penyakit diabetes, jantung, atau leukemia, bisa diketahui lewat kondisi gigi dan mulut. Jika mata bisa mengungkapkan isi hati seseorang, mulut juga bisa buka rahasia. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), drg H Emmyr F Moeis, MARS mengatakan, kondisi gigi dan mulut bisa mengungkapkan gejala-gejala awal penyakit berbahaya bahkan sampai memprediksi kelahiran prematur.

Menurut Emmyr F Moeis, salah satu tanda gejala diabetes adalah penyakit gigi dan gusi yang berlebihan. Penderita diabetes cenderung memiliki penyakit mulut 3-4 kali lebih sering ketimbang orang yang tidak mengidap diabetes. Penderita diabetes umumnya mudah terluka saat menyikat gigi atau menggunakan benang pembersih gigi. Gigi penderita diabetes juga umumnya mengalami abses.

Hal itu bisa terjadi karena penderita diabetes umumnya mengalami kerusakan sel darah putih. Padahal sel darah putih sangat diperlukan untuk melawan bakteri penyebab infeksi di mulut. Selain masalah gusi, diabetes juga mengakibatkan mulut kering, sariawan, dan mulut panas.

Bau mulut seseorang juga bisa mengungkapkan apakah seseorang memiliki kecenderungan gula darah tinggi. Bau tersebut biasa disebut acetone breath bau manis yang dapat segera dikenali dokter gigi sebagai tanda-tanda seseorang mengidap diabetes.

Lain lagi dengan bau mulut tak sedap penderita diabetes, bau mulut yang berbeda juga dapat mengindikasikan seseorang sedang mengalami infeksi hidung, mulut, paru-paru, atau perut.

Penelitian yang dilakukan American Dental Association sebagaimana dilansir Webmd, menyebutkan, osteoporosis atau penyakit rapuh tulang dan tanggalnya gigi sangat berhubungan. Jika seseorang mengalami Osteoporosis maka ia mengalami penurunan kepadatan tulang. Akibatkan terjadi cedera pada pinggul dan beberapa bagian tubuh lainnya yang disanggah tulang. Proses ini juga mempengaruhi kokohnya rahang dan gigi.

Pada wanita, ada tiga empat momen di mana seseorang lebih berisiko terhadap penyakit mulut. Pertama, saat setelah menopause, ketika masa puber, pada saat hamil, dan sekitar masa menstruasi setiap bulannya. Pada masa-masa itu, hormon tertentu akan meningkat sehingga memicu proses-proses peradangan dan membuat mulut lebih rentan terhadap bakteri.

Ditemukannya terapi estrogen bisa membantu mengatasi masalah ini. Terapi ini bisa membantu mengurangi tingkat kerapuhan gigi dan radang gusi.

Penelitian terbaru membandingkan kesehatan mulut 256 pasien jantung dewasa dengan 250 pasien lain tanpa penyakit jantung. Hasilnya, salah satu penanda awal sakit jantung adalah pericoronitis atau infeksi gusi di sekitar gigi geraham. Biasanya gigi akan membusuk sehingga hanya menyisakan ujung kecil di akarnya. Pastinya penyakit ini juga disertai radang gusi, radang lainnya di mulut, dan tanggalnya gigi.

Hal itu diduga karena bakteri yang ditemukan di mulut merupakan bakteri yang sama sebagai penyebab atherosclerotic plaque (kelainan pada pembuluh darah yang disertai plak dan tidak elastis) yang berhubungan dengan penyakit jantung.

Penelitian lain membuktikan, wanita yang mengalami gangguan gusi selama masa kehamilan, 7 kali lebih berisiko mengalami kelahiran prematur. Tak hanya prematur, bayi yang dilahirkan juga umumnya lebih kecil dari rata-rata.

Hal itu disebabkan ketika seseorang mengalami gangguan mulut, peradangan yang terjadi menyebab beberapa zat tertentu dilepaskan ke aliran darah sehingga bisa mempengaruhi berat tubuh bayi dan proses persalinan. Studi lain menyebutkan, membersihkan plak dan tartar secara teratur bisa mengurangi risiko persalinan prematur.

Penderita Leukimia umumnya memiliki gusi yang memerah, meradang, dan lembek. Nah, dengan membuka mulut lebar-lebar setidaknya anda bisa mengantisipasi beberapa gejala awal penyakit berbahaya. Tapi, jangan tarik kesimpulan sendiri. "Segera konsultasikan ke dokter jika mengalami gejala-gejala seperti tersebut di atas," ujarnya.

Kampanye Pencegahan


Melihat pentingnya kesehatan gigi dan mulut, mendorong PB PDGI bekerja sama dengan PT Pfizer Indonesia menggelar "Kampanye pencegahan dan perawatan kesehatan gigi dan mulut" di Indonesia. Upaya yang dilakukan, antara lain, program sekolah di DKI Jakarta , dental mobile unit program, semiloka dan workshop terkait dengan profesi kedokteran gigi, dan partisipasi pada Asia Pasific Dental Congress.

"Hasil Survei Rumah Tangga 2004 menyebutkan 39 persen penduduk Indonesia menderita penyakit gigi dan mulut. Angka itu bukan merupakan angka yang dapat diabaikan karena telah terbukti bahwa penyakit gigi dan mulut dapat secara signifikan mempengaruhi produktivitas masyarakat. Karena itu, perlu dilakukan suatu kampanye yang terus menerus untuk menurunkan angka penderita penyakit gigi dan mulut," katanya.

Ada 4 anjuran pokok yang akan disampaikan kepada masyarakat, yaitu, pertama, sikat gigi 2 kali sehari dengan pasta gigi ber-flouride, terutama sesudah makan pagi dan sebelum tidur. Kedua, ganti sikat gigi 2-3 bulan sekali. Ketiga, kunjungi dokter gigi secara teratur minimal 2 kali setahu dan memiliki dental record. Keempat, kurangi makan makanan dan minuman yang mengandung gula.

Hasil studi morbiditas SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga)-Surkenas (survei Kesehatan Nasional) 2001 menunjukkan, dari 10 kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat, penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama (60 persen). Hasil surkenas 1998 menunjukan bahwa 62,4 persen penduduk merasa terganggu produktivitas kerja/sekolah karena sakit gigi, selama rata-rata 3,86 hari.

Secara umum penyakit gigi yang dikeluhkan masyarakat adalah karies gigi dan penyakit gusi. Hasil studi SKRT 2001, menyatakan, 52,3 persen penduduk usia 10 tahun ke atas mengalami karies gigi yang belum ditangani. Prevalensi karies umur 10 tahun ke atas adalah 71,2 persen, dengan catatan bahwa prevalensi karies lebih tinggi pada umur lebih tinggi, pada pendidikan lebih rendah, serta pada status ekonomi lebih rendah. Penduduk usia 10 tahun ke atas, 46 persen mengalami penyakit gusi, prevalensi semakin tinggi pada umur yang lebih tinggi.

Hal yang memprihatinkan dalam SKRT 2001 adalah motivasi untuk menambal gigi masih sangat rendah yaitu 4-5 persen, sementara besarnya kerusakan yang belum ditangani di mana memerlukan penambalan dan atau pencabutan mencapai 82,5 persen. Diketahui berdasarkan SKRT 2001, rata-rata 16 gigi dicabut pada umur 65 tahun ke atas.

Penyakit periodontal (radang jaringan pendukung gigi) merupakan penyakit gigi dan mulut lain yang banyak dikeluhkan (70 persen). Sementara 5 persennya dikategorikan lanjut yang dapat menyebabkan gigi goyang dan lepas, saat ini banyak ditemukan pada penduduk usia muda. Salah satu faktor penyebab penyakit ini adalah karang gigi yang dijumpai pada 46 persen penduduk.

Kondisi itu menggambarkan, pelayanan kesehatan gigi baru ditangani pada kondisi penyakit yang sudah dalam keadaan parah. Hal itu disebabkan, antara lain masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai arti penting menjaga kesehatan gigi dan mulut, ketidaktahuan, mahalnya biaya. "Serta yang perlu diperhatikan oleh PDGI, adalah banyaknya dokter gigi yang cenderung pasif serta masih memberikan porsi yang besar pada tindakan kuratif," ujar Emmyr.

Hal lain yang menjadi perhatian PDGI adalah rasio dokter gigi terhadap penduduk yang masih rendah, yaitu 1:21.500, masih jauh dari rasio ideal yaitu 1:2000. Untuk itu, bersama Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia, PDGI mendorong terbentuknya Fakultas Kedokteran Gigi baru, terutama di Indonesia bagian barat, mengingat data Depkes menyatakan bahwa rasio dokter gigi terhadap puskesmas di Indonesia bagian barat lebih tinggi daripada bagian timur. Di provinsi Sumut misalnya, rasio dokter gigi terhadap puskesmas 0,82, bandingkan dengan NTT yang 0,27 atau bahkan Papua mencapai 0,21.

Dengan kondisi seperti itu, Emmyr menilai perlu didorong sikap kemandirian masyarakat, terutama tindakan preventif yang dapat dilakukan setiap individu, keluarga, serta lingkungan terkecil di masyarakat.

Sikap kemandirian itu perlu didorong terus-menerus melalui berbagi upaya dan kegiatan yang berkesinambungan. Namun, upaya itu tidak saja oleh pihak organisasi profesi tetapi akan lebih optimal jika melibatkan pihak-pihak lain yang mempunyai kompetensi dan kepentingan yang sama dalam hal peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut di Indonesia

Sumber:
suarakarya.com, dalam :
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1165301733,96375,
6 Desember 2006

Radang Gusi Pun Terkait Jantung dan Paru

Gusi bengkak ternyata sebuah awal dari penyakit sistemik seperti leukemia atau diabetes mellitus. Sebab, gangguan gusi dapat disebabkan oleh infeksi mikroba, gangguan kekebalan tubuh, kekurangan gizi, dan bahkan karena kanker di THT (telinga, hidung, dan tenggorok).
Beberapa riset telah menunjukkan radang gusi tidak hanya terkait dengan sakit gigi. Radang ini juga merupakan infeksi serius. Bakteri dari gusi dapat masuk ke aliran darah sehingga mempengaruhi berbagai organ tubuh yang membuat kesehatan seseorang terganggu.

Radang gusi pun terkait penyakit jantung dan penyakit paru. Bakteri yang berasal dari gusi ikut terbawa aliran darah dan dapat menyangkut di katup jantung. Proses yang lama dan terus menerus dapat menyebabkan jantung terinfeksi. Bakteri di gusi juga dapat masuk ke paru-paru melalui ludah maupun udara pernapasan dan menimbulkan infeksi pada paru.


Radang Gusi

Umumnya radang gusi disebabkan adanya timbunan plak, zat lengket campuran dari bakteri, ludah, dan sisa makanan. Bila tidak dibersihkan atau cara membersihkan kurang baik maka timbunan plak akan membentuk karang gigi. Timbunan plak dan karang gigi ini dapat mendesak gusi dan membentuk kantung tempat bakteri berkembang biak. Bakteri mengeluarkan racun yang membuat gusi terinfeksi, bengkak, dan lembek.

Jika radang dibiarkan, selaput periodontal atau jaringan ikat penyangga akar gigi akan rusak dan tulang gigi tererosi. Akhirnya gigi tanggal. Periodontitis atau radang periodontal merupakan penyebab utama rontoknya gigi pada orang di atas usia 40 tahun.

Luka maupun trauma pada gusi, misalnya akibat cara gosok gigi yang tidak benar seperti misalnya terlalu kuat atau salah arah juga memicu terjadinya radang gusi.


Faktor Risiko Peradangan Gusi

Beberapa faktor ditengarai sebagai risiko terjadinya peradangan gusi dan radang periodontal. Antara lain oleh rokok, faktor genetik, kehamilan dan pubertas yang diakibatkan oleh perubahan hormon, stres, obat-obatan seperti pil kontrasepsi, obat antidepresi, obat jantung, kebiasaan mengertak-kertak gigi waktu tidur, diabetes, kurang vitamin C maupun kalsium, serta terhirup udara tercampur logam berat, seperti timah misalnya.

Agar terhindar dari sakit peradang gusi, dianjurkan menggosok gigi sehabis makan dan sebelum tidur, serta membersihkan sela gigi dengan benang gigi (dental floss) setidaknya sekali sehari. Penggunaan pasta gigi antiplak dan antitartar (karang gigi) disarankan untuk meningkatkan perlindungan dan kesehatan gigi. Sebaiknya karang gigi dibersihkan setiap enam bulan sekali oleh dokter gigi. (berbagai sumber)
(msh)


Sumber :
Koranindonesia.com - Moehammad Samoedera Harapan (11 Agustus 2005), dalam :
http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=166&Itemid=33