Sabtu, 03 Oktober 2009

5 Rahasia Gigi Rusak


Kesehatan gigi bagi sebagian besar masyrakat Indonesia tidak terlalu diperhatikan. Lihat saja gigi anak-anak Indonesia yang sedari kecil sudah berkarang ataupun tidak bersih. Permasalahan-permasalahan seputar gigi memang biasa disebabkan karena kebiasaan menjaga kesehatan gigi yang masih rendah hingga factor lain seperti pengaruh makanan-makanan yang dikonsumsi. Cokelat, permen, dan makanan-makanan manis lainnya biasa menjadi mimpi buruk bagi ketahanan gigi. Namun, tidak hanya makanan manis saja yang bisa membuat gigi rusak. Selain itu, masih banyak persoalan seputar gigi lainnya yang banyak tidak diketahui oleh masyarakat. Artikel berikut akan berusaha menyibak Lima Rahasia Gigi Rusak yang belum terungkap sebelumnya.

1. Makanan/minuman yang asam juga bisa merusak gigi
Selama ini orang selalu menyalahkan makanan-makanan manis setiap kali kesehatan giginya terganggu. Namun, ternyata menurut Martha Keels dari Duke’s Children’s Hospital, makanan yang asam serta memiliki Ph yang rendah seperti permen asam, soft drink, dan jus buah juga bisa menyebabkan kerusahkan pada gigi. Namun, bukan berarti kita dilarang untuk mengkonsumsi makanan serta minuman mengandung rasa asam ini, menurut Keels hal ini bisa diatasi dengan mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut pada saat waktu ngemil, bukan berbarengan dengan makan berat. Dengan mengkonsumsi sewaktu ngemil, efek kerusakan bisa diminimalisir dengan asupan makanan setelahnya. Selain itu, dianjurkan juga untuk mengunyah permen karet yang mengandung Xylitol setelah mengkonsumsi makanan serta minuman mengangung asam tersebut karena Xylitol mampu membunuh bakteri dan juga mencegah lubang pada gigi (cavity).

2. Lapisan email gigi adalah yang paling keras, tapi juga rapuh
Lapisan email gigi merupakan lapisan gigi yang paling kuat, namun lapisan ini bisa juga rusak disebabkan oleh beberapa hal seperti pop corn, es, dan piercing. Mengkosumsi pop corn dan es secara bersamaan membuat email gigi akan bekerja sangat keras. Hal ini dikarenakan keduanya merupakan benda yang dianggap keras bagi gigi. Selain itu, piercing juga dianggap berbahaya karena kandungan bakteri yang ada di dalam metal aksesorisnya. Lagipula, setiap kali berbicara aksesoris piercing ini akan terbentur-bentur ke gigi yang membuat lapisan email semakin lama semakin rapuh. Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Journal of Dentistry menemukan bahwa 14-41% pengguna piercing mengalami permasalahan pada gigi. Bahaya piercing ini juga mampu membuat gigi terpaksa dicabut.

3. Kehilangan gigi bisa terjadi kapan saja
Bagian gigi yang paling mudah mati adalah wisdom teeh atau gigi graham yang biasa baru tumbuh saat usia 17-25 tahun. Bagian gigi yang paling rawan terancam ‘hilang’ adalah lateral incisor yang terletak di samping persis gigi seri. Selain itu, kehilangan gigi ini juga bisa disebabkan oleh factor keturunan. Namun, dari semua itu, factor penyebab yang paling sering membuat kehilangan gigi adalah kerusakan pada gusi dan terjadinya karang gigi.

4. Terlalu banyak fluoride juga bisa berbahaya
Kebanyakan dari kita percaya bahwa gigi putih adalah gigi yang sehat. Fluoride yang terdapat dalam pasta gigi inilah yang membuat gigi menjadi putih. Oleh karena itu, kebanyakan orang justru salah kaprah menangkap bahwa dengan mengoleskan pasta gigi sebanyak-banyak bisa membuat gigi semakin putih. Kebanyakan fluoride ini membahayakan bagi kesehatan gigi karena bisa menyebabkan gigi berliang. Sebenarnya, pada dasarnya warna gigi manusia itu adalah bukan putih bersih seperti di iklan-iklan pasta gigi yang ada sekarang.

5. Kawat gigi bisa menyebabkan karang pada gigi
Sisa-sisa makanan yang menyangkut di kawat gigi, jika tidak segera dibersihkan, bisa menghancurkan lapisan email pada gigi. Selain itu, berbeda dengan orang-orang yang tidak memakai kawat gigi, para pengguna kawat gigi tidak bisa leluasa membersihkan sisa makanan dengan menggunakan lidah karena merasa tidak nyaman terbentur dengan kawat. Oleh karena itulah, kemungkinan makanan sisa yang tertimbun di gigi bagi para pengguna kawat gigi menjadi lebih besar.


Sumber :
http://www.rileks.com/hot-rileks/24949-5-rahasia-gigi-rusak.html
23 Juni 2009

Sumber Gambar:
http://themedicmedia.com/wp-content/uploads/2009/07/dentist001.jpg

Pentingnya Menggosok Gigi

Bangun tidur ku terus mandi
Tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi ku tolong ibu
Membersihkan tempat tidur ku

Lirik lagu di atas mungkin sangat familiar bagi kita di masa kanak-kanak. Di balik lirik syairnya yang sederhana dan mudah dihafal ternyata ada penjelasan ilmiah yang perlu kita perhatikan. Lirik kedua “tidak lupa menggosok gigi” mengingatkan kita bagaimana pentingnya menggosok gigi. Bahkan Ikatan Dokter Gigi Indonesia (IDGI) menyarankan untuk menggosok gigi sekurang-kurangnya dua kali sekali. Ada apakah gerangan? Berikut adalah penjelasan sederhana kenapa kita mesti menggosok gigi.

Air liur (secara ilmiah disebut dengan saliva) mengandung lebih dari seratus milyar (108) bakteri per milimeternya. Dalam air liur juga mengandung lapisan tipis glikoprotein yang menempel pada enamel gigi, dan menjadi medium pertumbuhan bagi milyaran bakteri tersebut.

Di antara milyaran bakteri tersebut, Streptococccus mutans merupakan bakteri yang menyebabkan pembusukan dan menyebabkan lubang pada gigi. Bakteri ini menghasilkan suatu enzim khusus yang dikenal dengan glukosil transferase yang berkerja secara spesifik dalam penguraian sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (sukrosa merupakan jenis gula yang kita konsumsi sehari-hari). Enzim ini selanjutnya akan merombak glukosa yang telah diuraikan tadi menjadi suatu polisakarida yang disebut dengan dextran. Plak gigi (dental plaque), atau disebut juga dengan karang gigi, merupakan sejumlah besar dextran yang menempel pada enamel gigi dan menjadi media pertumbuhan bagi berbagai jenis bakteri tersebut.

Pembentukan plak gigi ini merupakan langkah awal dalam proses pembusukan gigi. Hasil penguraian sukrosa yang kedua adalah fruktosa. Bakteri Lactobacillus bravis mengubah fruktosa menjadi asam laktat melalui serangkaian reaksi glikolisis dan fermentasi. Terbentuknya asam laktat akan menyebabkan penurunan pH pada permukaan gigi. Suasana asam ini menyebabkan kalsium dari enamel gigi akan terurai atau rusak.

Secara alamiah kita memproduksi 1 liter air liur setiap hari yang berguna mengurangi keasaman mulut. Akan tetapi, plak gigi yang terbentuk tidak bisa diuraikan oleh air liur tersebut. Plak gigi ini menahan keberadaan bakteri. Akibatnya asam laktat akan tetap terbentuk dan tetap akan merusak enamel gigi.

Menggosok gigi secara teratur dapat membantu mengurangi pembentukan plak gigi. Mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung sukrosa juga merupakan langkah pencegahan kerusakan gigi. Kontrol kesehatan gigi secara berkala merupakan salah satu langkah menjaga kesehatan gigi. Agar kita dapat membantu ibu bukan hanya sekedar membersihkan tempat tidur lho.


Sumber :
Syaputra Irwan
http://www.forumsains.com/index.php?page=pentingnya-menggosok-gigi
1 Juni 2009

Penyakit Gigi

Penyakit gigi sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Agar kesehatan gigi dan gusi bisa terawat dengan baik, perlu dilakukan perawatan yang baik.

Hal ini dikarenakan:

Kita memerlukan gigi yang sehat dan kuat untuk mengunyah dan mencerna makan dengan baik
Gigi berlubang (caries) yang sakit dan gusi yang sakit dapat dicegah dengan perawatan gigi yang baik
Pembusukan atau keroposnya gigi yang disebabkan oleh kurangnya kebersihan dapat menimbulkan infeksi parah yang mengenai bagian-bagian tubuh lainnya.

A. Untuk menjaga agar gigi dan gusi tetap sehat:

Hindari makanan yang manis. Makanan yang manis seperti tebu, gula-gula, kue kering yang manis, teh atau kopi yang bergula dapat merusak gihgi dengan cepat. Jangan membiasakan anak-anak dengan makanan dan minuman yang manis secara berlebihan, jika Anda menghendaki mereka memiliki gigi yang baik.
Menyikat gigi dengan baik setiap hari. Segeralah menyikat gigi setelah makan sesuatu yang manis. Mulailah menyikat gigi anak-anak Anda ketika gigi tersebut mucul. Ajari mereka untuk menyikat gigi secara mandiri, dan perhatikan apakah mereka menyikatnya dengan benar.
Membubuhkan Fluoride di dalam air minum atau langsung pada gigi akan membantu mencegah lubang pada gigi.
Jangan memberikan susu botol kepada bayi yang sudah besar. Mengisap susu dari botol akan membuat gigi bayi mengalami pembusukan.
Hindari merokok
Mengonsumsi minuman beralkohol tidak dianjurkan karena dapat merusak gigi dan gusi.

B. Gigi Berlubang (Caries)

Untuk menjaga agar gigi yang berlubang tidak menimbulkan rasa sakit atau membentuk kantung nanah (abses), hindarilah makanan yang manis dan sikatlah gigi tersebut baik-baik setiap sesudah makan.

Kalau dapat, pergilah ke petugas kesehatan gigi segera. Ia dapat membersihkan dan menambal gigi tersebut sehingga gigi dapat bertahan selama bertahun-tahun.

Perhatian:

Jika gigi Anda berlubang, jangan menunggu hingga rasa sakit menekan. Mintalah petugas kesehatan untuk segera menambalnya.


C. Plak Gigi

Sesaat setelah selesai menggosok gigi, akan tampak suatu lapisan tipis. Lapisan ini dinamakan plak dan berisi berbagai macam bakteri.
Makanan manis yang kita konsumsi akan membuat semacam plak di sela-sela gigi, berubah menjadi asam, sehingga merusak gigi.


D. Sakit Gusi

Plak yang telah mengorosi gigi lambat laun akan berubah menjadi tartar. Plak dan tartar akan membuat gusi Anda teriritasi, merah, dan sering ngilu. Ini dinamakan gejala gingivitis. Tanda paling nyata Anda terkena gingivitis adalah gusi Anda berdarah saat menggosok gigi. Agar kejadian ini tidak terulang, usahakan menggosok gigi secara teratur.

Gingivitis tidak dapat disembuhkan karena tulang gigi secara berangsur-angsur hilang. Ini disebut periodontal disease. Tak ada jalan lain untuk mencegah penyakit ini hanya dengan merawat kesehatan gigi dengan baik.


E. Cara Menggosok Gigi yang Benar

Gosoklah gigi Anda minimal dua kali sehari, atau sesudah makan dan sebelum tidur.
Gunakan pasta gigi berfluoride untuk mencegah pengeroposan tulang gigi dan menjaga kesehatan gusi
Mulailah dari sisi gigi satu, diikuti sisi yang lain. Sikat seluruh permukaan gigi, baik yang di luar, belakang, maupun bagian yang tersembunyi
Harap hati-hati ketika menyikat plak pada bagian gigi yang tersembunyi dan sulit dijangkau. Ini dikarenakan gusi bisa berdarah karena gesekan sikat.
Jika memungkinkan, setelah menggosok gigi gunakan mouthwas untuk mengurangi bahkan menghilangkan plak dari gigi
Gantilah sikat gigi Anda setiap tiga bulan sekali

F. Bagaimana dengan sikat gigi elektrik?

Beberapa orang memilih sikat gigi elektrik dikarenakan anggapan bahwa sikat tersebut akan membersihkan gigi secara optimal. Pada kenyataannya, sikat gigi apapun tidak memberi pengaruh yang besar jika teknik menggosok gigi tidak baik.

Walaupun Anda memakai sikat gigi konvensional, jika Anda rajin dan telaten membersihkan gigi dijamin gigi Anda sehat. Jadi tidak ada jaminan sikat gigi elektrik akan memberikan hasil yang memuaskan.


Sumber :
http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/penyakit-gigi.htm

Sudahkah Anda Menyikat Gigi dengan Benar?

Kenali cara menyikat gigi secara tepat agar terhindar dari masalah gigi dan gusi.

Pada 12 September 2009 lalu, seluruh masyarakat dunia memperingati Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia. Di Indonesia sendiri, ajang kerjasama Persatuan Dokter Gigi Indonesia dan PT. Unilever ini dimanfaatkan dengan membagikan selebaran yang berisi informasi lengkap tentang kesehatan gigi di Bundaran HI dan Bundaran Senayan, Jakarta.

"Saya rasa masyarakat sudah banyak yang teratur menyikat gigi, tetapi sebagian besar tidak mempraktekan menyikat gigi dengan benar. Jadi, hasilnya tidak optimal," kata drg. Zaura Rini Anggraeni, Ketua PDGI dalam konfrensi pers Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia, di Hotel Nikko Jakarta, 11 September 2009 lalu.

Hal tersebut terbukti dari penelitian Kesehatan Dasar (Indonesia Basic Health Research) 2007 bahwa di Indonesia, 91,1% orang menggosok gigi setiap hari, namun hanya 7,3% dari keseluruhan yang mengikuti petunjuk untuk menggosok gigi pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.

Tidak dipraktekannya menyikat gigi dengan benar menimbulkan kasus gigi berlubang yang jumlahnya masih sangat tinggi di Indonesia. Faktanya, 72,1 % penduduk Indonesia memiliki masalah gigi berlubang dan 46,5 % diantaranya tidak merawat gigi berlubang. Hal tersebut tentu akan berdampak negatif bukan hanya pada kesehatan gigi dan mulut tetapi juga kesahtan tubuh secara keseluruhan.

Efek dari gigi berlubang antara lain masuknya bakteri pada lubang gigi yang menimbulkan rasa sakit yang luar biasa dan bau mulut. Selain itu, jika lubang gigi sudah dalam keadaan kronis makan bisa berefek pada kesehatan organ tubuh lainnya seperti jantung dan otak. Untuk itu, mulai sekarang biasakan sikat gigi setelah makan, jangan biarkan sisa makanan menempel dalam waktu lama di gigi Anda karena akan memicu lubang (karies) pada gigi.

Yang perlu Anda tahu, terdapat beberapa cara berbeda dalam menggosok gigi.
- Pertama, sebaiknya gerakan menyikat gigi jangan terlalu cepat dan keras, karena dapat merusak jaringan gusi dan lapisan gigi.

- Kedua menyikat gigi harus dilakukan secara sistematis, tidak ada sisa makanan tertinggal. Simak gerakannya yang benar:
a. Gerakan vertikal. Arah gerakan menggosok gigi ke atas ke bawah dalam keadaan rahang atas dan bawah tertutup. Lalu, lanjutkan dengan gerakan menggosok gigi ke atas ke bawah dalam keadaan mulut terbuka.

b. Gerakan horizontal. Arah gerakan menggosok gigi ke depan ke belakang dari permukaan bukal dan lingual (permukaan gigi yang menghadap ke pipi). Gerakan menggosok pada bidang kunyah dikenal sebagai scrub brush. Caranya mudah dilakukan dan sesuai dengan bentuk anatomi permukaan kunyah. Kombinasi gerakan vertikal-horizontal, bila dilakukan harus sangat hati-hati karena dapat menyebabkan resesi gusi atau abrasi lapisan gigi.

c. Gerakan memutar. Cara ini, gerakannya sederhana, paling dianjurkan, efisien dan menjangkau semua bagian mulut. Bulu sikat ditempatkan pada permukaan gusi, jauh dari permukaan bidang kunyah, ujung bulu sikat mengarah ke ujung akar, gerakan perlahan melalui permukaan gigi sehingga bagian belakang kepala sikat bergerak dalam lengkungan.

Pada waktu bulu-bulu sikat melalui mahkota gigi, kedudukannya hampir tegak terhadap permukaan email. Ulangi gerakan ini sampai lebih kurang 12 kali sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini dapat menghasilkan pemijatan gusi dan membersihan sisa makanan di daerah antara gigi.


Sumber :
Petti Lubis, Mutia Nugraheni
http://kosmo.vivanews.com/news/read/90266-sudahkah_anda_menyikat_gigi_dengan_benar_
14 September 2009

Desain Gigi Lebih Hebat dari Pesawat

Apakah Anda pernah berpikir mengapa email pada gigi kita yang hanya setebal gelas dapat menahan tekanan saat mengunyah? Karena tergelitik dengan pertanyaan ini Profesor Herzl Chai dari Universitas Tel Aviv, Israel, mencoba meneliti dan memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Hasil penelitiannya mengungkap struktur gigi yang canggih yang dapat menahan tekanan sehingga membuat gigi tetap utuh. "Gigi dibuat dari materi yang canggih yang mampu merespon tekanan dengan canggih pula," ujar Chai seperti dikutip Sciendaily.

Gigi juga mampu membuat jaringan rekahan kecil yang bisa menyebarkan tekanan saat harus mengunyah benda keras seperti kacang. Yang lebih hebat lagi struktur gigi ternyata lebih canggih daripada struktur pesawat terbang dalam menahan tekanan. Tidak seperti pesawat yang hanya memiliki satu lapisan serat yang tersusun teratur dalam jaringan, gigi membentuk gelombang dalam strukturnya, disamping serat dan matriks yang tersusun dalam beberapa lapisan. Ini yang membuat gigi mampu menyerap tekanan sekaligus mencegah pecahnya gigi.

Struktur gigi inilah yang harus ditiru para ahli disain pesawat terbang agar mampu membuat kendaraan yang kuat sekaligus ringan. Meski demikian memang agak sulit mengingat para ahli desain harus mampu menemukan bahan yang dapat mengatasi rekahan mikro secara otomatif seperti yang dilakukan gigi saat meredam tekanan. Walaupun sulit struktur gigi tetap dapat menjadi inspirasi bagi kemajuan teknologi desain pesawat.(DIO)

Sumber :
http://tekno.liputan6.com/berita/200909/243231/Desain.Gigi.Lebih.Hebat.dari.Pesawat
6 September 2009

Meneropong Penyakit Melalui Gigi

Tahukah Anda bahwa gejala awal penyakit diabetes, jantung, atau leukemia, bisa diketahui lewat kondisi gigi dan mulut. Jika mata bisa mengungkapkan isi hati seseorang, mulut juga bisa buka rahasia. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), drg H Emmyr F Moeis, MARS mengatakan, kondisi gigi dan mulut bisa mengungkapkan gejala-gejala awal penyakit berbahaya bahkan sampai memprediksi kelahiran prematur.

Menurut Emmyr F Moeis, salah satu tanda gejala diabetes adalah penyakit gigi dan gusi yang berlebihan. Penderita diabetes cenderung memiliki penyakit mulut 3-4 kali lebih sering ketimbang orang yang tidak mengidap diabetes. Penderita diabetes umumnya mudah terluka saat menyikat gigi atau menggunakan benang pembersih gigi. Gigi penderita diabetes juga umumnya mengalami abses.

Hal itu bisa terjadi karena penderita diabetes umumnya mengalami kerusakan sel darah putih. Padahal sel darah putih sangat diperlukan untuk melawan bakteri penyebab infeksi di mulut. Selain masalah gusi, diabetes juga mengakibatkan mulut kering, sariawan, dan mulut panas.

Bau mulut seseorang juga bisa mengungkapkan apakah seseorang memiliki kecenderungan gula darah tinggi. Bau tersebut biasa disebut acetone breath bau manis yang dapat segera dikenali dokter gigi sebagai tanda-tanda seseorang mengidap diabetes.

Lain lagi dengan bau mulut tak sedap penderita diabetes, bau mulut yang berbeda juga dapat mengindikasikan seseorang sedang mengalami infeksi hidung, mulut, paru-paru, atau perut.

Penelitian yang dilakukan American Dental Association sebagaimana dilansir Webmd, menyebutkan, osteoporosis atau penyakit rapuh tulang dan tanggalnya gigi sangat berhubungan. Jika seseorang mengalami Osteoporosis maka ia mengalami penurunan kepadatan tulang. Akibatkan terjadi cedera pada pinggul dan beberapa bagian tubuh lainnya yang disanggah tulang. Proses ini juga mempengaruhi kokohnya rahang dan gigi.

Pada wanita, ada tiga empat momen di mana seseorang lebih berisiko terhadap penyakit mulut. Pertama, saat setelah menopause, ketika masa puber, pada saat hamil, dan sekitar masa menstruasi setiap bulannya. Pada masa-masa itu, hormon tertentu akan meningkat sehingga memicu proses-proses peradangan dan membuat mulut lebih rentan terhadap bakteri.

Ditemukannya terapi estrogen bisa membantu mengatasi masalah ini. Terapi ini bisa membantu mengurangi tingkat kerapuhan gigi dan radang gusi.

Penelitian terbaru membandingkan kesehatan mulut 256 pasien jantung dewasa dengan 250 pasien lain tanpa penyakit jantung. Hasilnya, salah satu penanda awal sakit jantung adalah pericoronitis atau infeksi gusi di sekitar gigi geraham. Biasanya gigi akan membusuk sehingga hanya menyisakan ujung kecil di akarnya. Pastinya penyakit ini juga disertai radang gusi, radang lainnya di mulut, dan tanggalnya gigi.

Hal itu diduga karena bakteri yang ditemukan di mulut merupakan bakteri yang sama sebagai penyebab atherosclerotic plaque (kelainan pada pembuluh darah yang disertai plak dan tidak elastis) yang berhubungan dengan penyakit jantung.

Penelitian lain membuktikan, wanita yang mengalami gangguan gusi selama masa kehamilan, 7 kali lebih berisiko mengalami kelahiran prematur. Tak hanya prematur, bayi yang dilahirkan juga umumnya lebih kecil dari rata-rata.

Hal itu disebabkan ketika seseorang mengalami gangguan mulut, peradangan yang terjadi menyebab beberapa zat tertentu dilepaskan ke aliran darah sehingga bisa mempengaruhi berat tubuh bayi dan proses persalinan. Studi lain menyebutkan, membersihkan plak dan tartar secara teratur bisa mengurangi risiko persalinan prematur.

Penderita Leukimia umumnya memiliki gusi yang memerah, meradang, dan lembek. Nah, dengan membuka mulut lebar-lebar setidaknya anda bisa mengantisipasi beberapa gejala awal penyakit berbahaya. Tapi, jangan tarik kesimpulan sendiri. "Segera konsultasikan ke dokter jika mengalami gejala-gejala seperti tersebut di atas," ujarnya.

Kampanye Pencegahan


Melihat pentingnya kesehatan gigi dan mulut, mendorong PB PDGI bekerja sama dengan PT Pfizer Indonesia menggelar "Kampanye pencegahan dan perawatan kesehatan gigi dan mulut" di Indonesia. Upaya yang dilakukan, antara lain, program sekolah di DKI Jakarta , dental mobile unit program, semiloka dan workshop terkait dengan profesi kedokteran gigi, dan partisipasi pada Asia Pasific Dental Congress.

"Hasil Survei Rumah Tangga 2004 menyebutkan 39 persen penduduk Indonesia menderita penyakit gigi dan mulut. Angka itu bukan merupakan angka yang dapat diabaikan karena telah terbukti bahwa penyakit gigi dan mulut dapat secara signifikan mempengaruhi produktivitas masyarakat. Karena itu, perlu dilakukan suatu kampanye yang terus menerus untuk menurunkan angka penderita penyakit gigi dan mulut," katanya.

Ada 4 anjuran pokok yang akan disampaikan kepada masyarakat, yaitu, pertama, sikat gigi 2 kali sehari dengan pasta gigi ber-flouride, terutama sesudah makan pagi dan sebelum tidur. Kedua, ganti sikat gigi 2-3 bulan sekali. Ketiga, kunjungi dokter gigi secara teratur minimal 2 kali setahu dan memiliki dental record. Keempat, kurangi makan makanan dan minuman yang mengandung gula.

Hasil studi morbiditas SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga)-Surkenas (survei Kesehatan Nasional) 2001 menunjukkan, dari 10 kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat, penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama (60 persen). Hasil surkenas 1998 menunjukan bahwa 62,4 persen penduduk merasa terganggu produktivitas kerja/sekolah karena sakit gigi, selama rata-rata 3,86 hari.

Secara umum penyakit gigi yang dikeluhkan masyarakat adalah karies gigi dan penyakit gusi. Hasil studi SKRT 2001, menyatakan, 52,3 persen penduduk usia 10 tahun ke atas mengalami karies gigi yang belum ditangani. Prevalensi karies umur 10 tahun ke atas adalah 71,2 persen, dengan catatan bahwa prevalensi karies lebih tinggi pada umur lebih tinggi, pada pendidikan lebih rendah, serta pada status ekonomi lebih rendah. Penduduk usia 10 tahun ke atas, 46 persen mengalami penyakit gusi, prevalensi semakin tinggi pada umur yang lebih tinggi.

Hal yang memprihatinkan dalam SKRT 2001 adalah motivasi untuk menambal gigi masih sangat rendah yaitu 4-5 persen, sementara besarnya kerusakan yang belum ditangani di mana memerlukan penambalan dan atau pencabutan mencapai 82,5 persen. Diketahui berdasarkan SKRT 2001, rata-rata 16 gigi dicabut pada umur 65 tahun ke atas.

Penyakit periodontal (radang jaringan pendukung gigi) merupakan penyakit gigi dan mulut lain yang banyak dikeluhkan (70 persen). Sementara 5 persennya dikategorikan lanjut yang dapat menyebabkan gigi goyang dan lepas, saat ini banyak ditemukan pada penduduk usia muda. Salah satu faktor penyebab penyakit ini adalah karang gigi yang dijumpai pada 46 persen penduduk.

Kondisi itu menggambarkan, pelayanan kesehatan gigi baru ditangani pada kondisi penyakit yang sudah dalam keadaan parah. Hal itu disebabkan, antara lain masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai arti penting menjaga kesehatan gigi dan mulut, ketidaktahuan, mahalnya biaya. "Serta yang perlu diperhatikan oleh PDGI, adalah banyaknya dokter gigi yang cenderung pasif serta masih memberikan porsi yang besar pada tindakan kuratif," ujar Emmyr.

Hal lain yang menjadi perhatian PDGI adalah rasio dokter gigi terhadap penduduk yang masih rendah, yaitu 1:21.500, masih jauh dari rasio ideal yaitu 1:2000. Untuk itu, bersama Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia, PDGI mendorong terbentuknya Fakultas Kedokteran Gigi baru, terutama di Indonesia bagian barat, mengingat data Depkes menyatakan bahwa rasio dokter gigi terhadap puskesmas di Indonesia bagian barat lebih tinggi daripada bagian timur. Di provinsi Sumut misalnya, rasio dokter gigi terhadap puskesmas 0,82, bandingkan dengan NTT yang 0,27 atau bahkan Papua mencapai 0,21.

Dengan kondisi seperti itu, Emmyr menilai perlu didorong sikap kemandirian masyarakat, terutama tindakan preventif yang dapat dilakukan setiap individu, keluarga, serta lingkungan terkecil di masyarakat.

Sikap kemandirian itu perlu didorong terus-menerus melalui berbagi upaya dan kegiatan yang berkesinambungan. Namun, upaya itu tidak saja oleh pihak organisasi profesi tetapi akan lebih optimal jika melibatkan pihak-pihak lain yang mempunyai kompetensi dan kepentingan yang sama dalam hal peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut di Indonesia

Sumber:
suarakarya.com, dalam :
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1165301733,96375,
6 Desember 2006

Radang Gusi Pun Terkait Jantung dan Paru

Gusi bengkak ternyata sebuah awal dari penyakit sistemik seperti leukemia atau diabetes mellitus. Sebab, gangguan gusi dapat disebabkan oleh infeksi mikroba, gangguan kekebalan tubuh, kekurangan gizi, dan bahkan karena kanker di THT (telinga, hidung, dan tenggorok).
Beberapa riset telah menunjukkan radang gusi tidak hanya terkait dengan sakit gigi. Radang ini juga merupakan infeksi serius. Bakteri dari gusi dapat masuk ke aliran darah sehingga mempengaruhi berbagai organ tubuh yang membuat kesehatan seseorang terganggu.

Radang gusi pun terkait penyakit jantung dan penyakit paru. Bakteri yang berasal dari gusi ikut terbawa aliran darah dan dapat menyangkut di katup jantung. Proses yang lama dan terus menerus dapat menyebabkan jantung terinfeksi. Bakteri di gusi juga dapat masuk ke paru-paru melalui ludah maupun udara pernapasan dan menimbulkan infeksi pada paru.


Radang Gusi

Umumnya radang gusi disebabkan adanya timbunan plak, zat lengket campuran dari bakteri, ludah, dan sisa makanan. Bila tidak dibersihkan atau cara membersihkan kurang baik maka timbunan plak akan membentuk karang gigi. Timbunan plak dan karang gigi ini dapat mendesak gusi dan membentuk kantung tempat bakteri berkembang biak. Bakteri mengeluarkan racun yang membuat gusi terinfeksi, bengkak, dan lembek.

Jika radang dibiarkan, selaput periodontal atau jaringan ikat penyangga akar gigi akan rusak dan tulang gigi tererosi. Akhirnya gigi tanggal. Periodontitis atau radang periodontal merupakan penyebab utama rontoknya gigi pada orang di atas usia 40 tahun.

Luka maupun trauma pada gusi, misalnya akibat cara gosok gigi yang tidak benar seperti misalnya terlalu kuat atau salah arah juga memicu terjadinya radang gusi.


Faktor Risiko Peradangan Gusi

Beberapa faktor ditengarai sebagai risiko terjadinya peradangan gusi dan radang periodontal. Antara lain oleh rokok, faktor genetik, kehamilan dan pubertas yang diakibatkan oleh perubahan hormon, stres, obat-obatan seperti pil kontrasepsi, obat antidepresi, obat jantung, kebiasaan mengertak-kertak gigi waktu tidur, diabetes, kurang vitamin C maupun kalsium, serta terhirup udara tercampur logam berat, seperti timah misalnya.

Agar terhindar dari sakit peradang gusi, dianjurkan menggosok gigi sehabis makan dan sebelum tidur, serta membersihkan sela gigi dengan benang gigi (dental floss) setidaknya sekali sehari. Penggunaan pasta gigi antiplak dan antitartar (karang gigi) disarankan untuk meningkatkan perlindungan dan kesehatan gigi. Sebaiknya karang gigi dibersihkan setiap enam bulan sekali oleh dokter gigi. (berbagai sumber)
(msh)


Sumber :
Koranindonesia.com - Moehammad Samoedera Harapan (11 Agustus 2005), dalam :
http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=166&Itemid=33

Pilih Gigi Palsu Sesuai Kondisi Anda

Banyak jenis gigi pengganti atau gigi palsu yang ditawarkan dokter gigi. Ada yang bisa dilepas dan dipasang oleh pasien, ada pula yang tidak dapat dilepas/dipasang oleh pasien.

Masing-masing jenis gigi memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam tulisan ini akan diuraikan kekurangan dan kelebihan setiap jenis gigi tiruan.

Gigi tiruan lepasan akrilik

Gigi tiruan akrilik merupakan gigi tiruan yang paling sering dan umum dibuat pada saat ini, baik untuk kehilangan satu atau seluruh gigi. Gigi tiruan ini mudah dipasang dan dilepas oleh pasien. Bahan akrilik merupakan campuran bahan sejenis plastik yang manipulasinya mudah, murah, ringan dan bisa diwarnai sesuai dengan warna gigi dan warna gusi. Akan tetapi mudah menyerap cairan dan juga mudah kehilangan komponen airnya. Sehingga bila tidak dipakai, gigi tiruan akrilik harus direndam dengan air dingin supaya tidak mengalami perubahan bentuk. Gigi akrilik pun mudah terpengaruh perubahan warna. Misalnya warna dari makanan dan minuman, sehingga jenis gigi tiruan ini memerlukan perawatan yang lebih seksama, seperti selalu menyikatnya dengan sikat gigi lunak. Jangan menyikat gigi tiruan dengan sikat gigi yang keras karena akan mengakibatkan keausan. Akrilik juga mudah mengalami keausan, sehingga dengan pemakaian normal pun, dalam beberapa tahun gigi tiruan jenis ini harus diganti.

Untuk mengurangi risiko keausan, maka gigi tiruan akrilik bisa dikombinasikan dengan gigi tiruan porselen. Landasan maupun gigi buatan dari akrilik juga mudah patah, sehingga landasan gigi tiruan akrilik harus dibuat lebih tebal dan lebih luas. Hal itu mengakibatkan ketidaknyamanan, karena tertutupnya langit-langit akan mengganggu kontak lidah dengan langit-langit. Selain itu juga mengganggu bicara.

Apabila kehilangan gigi hanya di bagian belakang dan tidak terlalu banyak, daerah langit-langit yang berkontak dengan lidah dapat dibebaskan dari akrilik, tetapi bila gigi hilang terlalu banyak dan meliputi gigi depan, hal itu tidak dapat dilakukan. Untuk mengurangi ketebalan dan luasnya landasan, maka dapat digunakan gigi tiruan kerangka logam.

Gigi tiruan kerangka logam

Gigi tiruan ini terdiri dari landasan gigi tiruan dari logam sedang gigi buatannya dari akrilik atau porselen. Karena bahan logam cukup kuat, landasan gigi tiruan kerangka logam dapat dibuat lebih tipis dan lebih kecil sehingga si pemakai akan lebih nyaman. Kontak lidah dengan langit-langit tidak terlalu terganggu.

Logam yang dipergunakan merupakan campuran logam khusus yang memerlukan manipulasi lebih rumit, sehingga gigi tiruan ini lebih mahal dari gigi tiruan akrilik. Apabila patah pada bagian logam, tidak dapat disambung seperti akrilik, tetapi harus dibuat ulang. Akan tetapi apabila patah hanya gigi akriliknya saja bisa disambung/diganti akriliknya saja. Karena landasan logam harus dicoba dulu ketepatannya sebelum dipasang gigi-giginya, maka kunjungan pasien ke dokter gigi lebih banyak dari pemasangan gigi akrilik. Karena kekuatan logam, landasan gigi tiruan tidak terlalu terganggu oleh keadaan cairan/makanan di dalam rongga mulut, yang terpengaruh hanya bagian gigi buatannya.

Gigi tiruan mahkota/jaket

Gigi tiruan mahkota atau umum disebut jaket merupakan gigi tiruan yang dibuat untuk gigi yang belum dicabut tetapi mengalami kerusakan yang parah sehingga sudah tidak bisa ditambal lagi, tetapi syaraf giginya belum mati. Gigi yang rusak tersebut dikurangi sedemikian rupa dengan bentuk tertentu, kemudian diganti dengan bahan akrilik/porselen/ kombinasi logam-porselen yang menyerupai selubung/jaket yang bentuk dan warnanya disesuaikan dengan gigi sebelumnya atau menggunakan gigi sebelahnya sebagai panduan. Gigi tiruan ini tidak dapat dilepas oleh pasien karena ditempelkan langsung ke gigi dengan semen khusus.

Bahan gigi tiruan ini tergantung pada posisi dan kondisi giginya. Jaket porselen biasanya diberi penguat logam, jadi pengurangan gigi harus lebih banyak daripada akrilik. Keuntungan jaket porselen, warnanya lebih baik serta tahan aus dibanding akrilik. Tetapi lebih mahal karena proses pembuatannya lebih rumit.

Gigi tiruan pasak

Gigi tiruan pasak adalah gigi tiruan yang mengganti gigi yang belum dicabut tetapi mahkota gigi sudah rusak dan syaraf gigi sudah terinfeksi atau sudah mati, tetapi akar giginya masih utuh. Untuk membuat gigi pasak, terlebih dulu harus dilakukan perawatan syaraf dahulu sampai steril dalam beberapa kunjungan, sesudah itu baru dilakukan pembentukan konstruksi pasak. Gigi tiruan pasak terdiri dari bagian logam yang ditanam ke dalam akar gigi serta bagian di luar gigi sebagai pendukung mahkota. Setelah disemen ke dalam akar gigi, dibuat mahkota jaket seperti yang telah dikemukakan sebelumnya.

Gigi tiruan mahkota dan jembatan

Merupakan gigi tiruan untuk kasus kehilangan satu atau beberapa gigi yang tidak dapat dilepas sehingga pasien lebih nyaman, dan terhindar dari risiko gigi tiruan hilang. Tidak mengandung landasan yang akan mengganggu pengecapan lidah. Gigi tiruan ini terdiri dari pontik, yaitu pengganti gigi yang hilang serta penyangga. Penyangga gigi tiruan ini menggunakan gigi asli disebelahnya yang masih ada, dengan cara mengurangi/menggerinda gigi asli tersebut dengan bentuk seperti untuk membuat mahkota/jaket. Kemudian mahkota dibuat di gigi tersebut dan disambungkan dengan gigi yang diganti. Apabila gigi yang diganti lebih kecil dari gigi penyangga, gigi penyangga bisa hanya pada satu gigi. Bahan yang digunakan bisa dari akrilik dan porselen. Akan tetapi untuk gigi-gigi belakang yang tidak terlalu terlihat lebih baik digunakan bahan logam untuk kekuatan dan mencegah keausan.

Implan

Implan adalah gigi tiruan yang dibuat dengan menanamkan pasak khusus ke dalam tulang rahang yang telah kehilangan gigi. Fungsinya sebagai penyangga gigi tiruan. Untuk kehilangan satu gigi, pasak implan yang ditanam hanya satu, tetapi bila lebih bisa beberapa buah. Persyaratan untuk pembuatan implan ini lebih berat dibanding dengan gigi tiruan lain.

Di antaranya kesehatan umum pasien harus betul-betul prima serta tidak mempunyai penyakit-penyakit yang melemahkan seperti diabetes, kelainan tulang, dll. Struktur tulang untuk tempat ditanamnya pasak tersebut harus memunyai ketinggian tertentu serta kondisinya masih baik. Pasak implan dipasang melalui prosedur pembedahan sampai terjadi proses penyembuhan serta terdapat hubungan antara tulang dengan logam pasak. Apabila itu terjadi, maka setelah 6 bulan baru dipasang sekrup penyambung antara pasak dan mahkota dengan membuka lapisan mukosa gusi di ujung atas pasak.

Setelah sekrup terpasang ditunggu sampai sembuh luka jaringannya, kemudian dipasang pasak untuk penyangga mahkota, baru setelah itu dipasang mahkotanya. Dengan prosedur ini, pembuatan implan memerlukan waktu lebih dari 6 bulan, serta biaya yang lebih mahal karena memerlukan bahan-bahan khusus, seperti jenis logam pasak khusus yang dapat merangsang pertumbuhan tulang di sekitar pasak implan. Selain itu peralatan yang dipakai pun khusus dan memerlukan sterilitas tinggi. Keuntungannya gigi tiruan implan adalah tidak perlu dibuka/dilepas, dan tidak memerlukan gigi penyangga. Jadi dapat dipasang pada pasien yang telah kehilangan seluruh giginya. Seperti halnya mahkota dan jembatan, tidak ada daerah langit-langit yang tertutup landasan gigi tiruan. Sehingga persepsi rasa seperti gigi asli.

Pemakaian gigi tiruan tidak hanya mengganti gigi yang hilang, tetapi berfungsi sebagai pemelihara jaringan yang masih ada, yaitu jaringan gigi, gusi dan tulang. Sehingga pemakai gigi tiruan harus betul-betul memerhatikan kebersihan gigi tiruan dan gigi aslinya.

Pada pemakaian jaket, pasak, mahkota dan jembatan kebersihan di daerah gusi harus diperhatikan. Bila terjadi kerusakan gigi di daerah gusi akan mengakibatkan terjadinya kebocoran di daerah tersebut. Kebocoran lama-kelamaan akan menggerogoti bagian dalam gigi tiruan tersebut sehingga mahkota tidak terdukung. Gigi bisa tiba-tiba patah dan mahkota tidak dapat dipertahankan sehingga gigi harus dicabut.

Pemilihan setiap jenis gigi tiruan ini pada akhirnya tergantung dari kondisi dan situasi mulut pasien dan pertimbangan dokter gigi. Apabila semua jenis gigi tiruan ini memungkinkan, pertimbangan pun harus disesuaikan dengan kondisi keuangan Anda.


Sumber :
RASMI RIKMASARI, drg., Sp.Pros
Staf pengajar Ilmu Gigi Tiruan Fakultas Kedokteran Gigi Unpad.
http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=580&Itemid=33

Pemutihan Gigi

Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang gigi sudah sedemikian pesatnya, termasuk di dalamnya keinginan untuk memparbaiki penampilan.

Dahulu ketika orang belum memperdulikan estetika, warna gig yang gelap bukanlah hal yang merisaukan, tetapi saat ini tidak ada lagi orang yang ingin membiarkan giginya tetap berwarna gelap. Oleh karena itulah prosedur pemutihan gigi menjadi populer saat ini dan banyak diminati oleh pasien dokter gigi. Bahkan di pasaran bebas banyak sekali produk pemutihan gigi yang diklaim bisa digunakan langsung oleh pembeli tanpa perlu bantuan dokter gigi.

Pemutihan gigi adalah upaya untuk mendapatkan warna gigi menjadi lebih cerah dengan menggunakan bahan-bahan pemutih gigi yang pertama kali diperkenalkan adalah Oxalic Acid oleh Chappel pada tahun 1877, karena hasilnya kurang memuaskan kemudian Harlan pada tahun 1884 memperkenalkan bahan baru yaitu Hidrogen Peroksida, bahan inilah yang sampai hari ini banyak digunakan dalam prosedur pemutihan gigi.

Hidrogen Peroksida (H2O2) pada kondisi alami berbentuk cair, bersifat asam, bila terurai akan menghasilkan air dan oksigen. Proses penutihan trjadi apabila pada bahan Hidrogen Peroksida dilakukan perubahan pH, suhu, atau cahaya untuk mendapatkan oksigen aktif yang bersifat elektrofilik. Elektrofilik berarti hanya memiliki satu elektron pada susunan kimianya sehingga ia akan berusaha mendapatkan pasangan elektron agar stabill. Oksigen aktif tertarik pada daerah yang kaya dengan ikatan ganda yaitu daerah interprismatik pada email gigi, disini akan terjadi pemutusan ikatan ganda menjadi ikatan yang lebih sederhana, secara visual terlihat sebagai perubahan warna kearah yang lebih terang.

Produk turunan hidrogen peroksida yang saat ini banyak dipasarkan adalah Karbamid Peroksida yang merupakan kombinasi Hidrogen peroksida dengan zat pembawa (Karbamid) berupa urea, karbopol, air, dan senyawa lainnya. Tambahan inilah yang menjadikan bahan pemutihan gigi berbentuk gel.

Dalam produk pemutihan gigi, Karbamid Perioksida hanya digunakan 10%-15%, sisanya adalah Sodium Stanat, Gliserin atau Propilen Glokol, serta penambah rasa. Merek dagang yang populer dipasaran untuk pemutihan gigi dengan kandungan seperti ini antara lain adalah Opalescence, Ultradent, Nu Pro Gold, Nite White, dan lain-lain.

Bahan pemutih gigig yang bisa digunakan langsung tanpa bantuan dokter gigi umumnya mengandung Karbamid Peroksida sebesar 3%. Beberapa merek dari produk ini adalah Rembrandt, Britesmile, dan Whitestrips.

Metode Pemutihan Gigi

Secara garis besar ada tiga metode dalam prosedur pemutihan gigi yaitu Supervised Home Dental Whitening adalah prosedur pemutihan gigi yang dilakukan oleh pasien sendiri dengan petunjuk dokter gigi. Prosedur ini dilakukan di rumah menjelang tidur ataupun pada siang hari saat menjalankan akrivitas kerja. Pemutihan dengan cara ini relatif aman karena konsentrasi bahanyang digunakan sedikit, namun waktu yang dibutuhkan cukup lama berkisar antara empat minggu sampai satu tahun.

In Office Dental Whitening adalah metode yang hanya dapat dilakukan oleh dokter gigi di tempat prakteknya karena menggunakan tinggi sehingga perlu penanganan dan pemantauan khusus. Namun waktu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil prosedur pemutihan tidak terlalu lama, hanya 1-2 kali kunjungan.

Metode yang ketiga adalah kombinasi keduanya, selain dilakukan pemutihan di tempat praktek oleh dokter gigi juga dilakukan prosedur pemutihan oleh pasien sendiri dengan petunjuk dokter gigi.
Indikator keberhasilan proses pemutihan gigi dilakukan dengan membandingkan warna gigi sebelum dan sesudah proses pemutihan dengan indikator Value Oriented Shade Guide. Perubahan warna sebagai penanda keberhasilan umumnya berkisar antara 5-12 shade. Sebagai contoh bila sebelumnya shade-nya C3 setelah perawatan berubah menjadi A2 berarti terjadi perubahan sebesar 9 shade.

Pemutihan gigi Vital

Sampai dengan tahun 1960 pemutihan gigi vital masih menjadi perdebatan, namun sekarang telah menjadi prosedur yang lazim dilakukan. Berbeda dengan gigi non vital, pada gigi vital umumnya pewarnaan yang terjadi meliputi seluruh gigi dengan derajat pewarnaan yang relatif sama. Keberhasilan pemutihan gigi vital sangat tergantung dari penyebab pewarnaan gigi, apakah karena faktor intriksik, ektrinsik, atau karena pertambahan usia. Namun secara kasar dapat diperkirakan gigi yang berwarna kuning paling memungkinkan dapat dirawat dengan hasil memuaskan, gigi coklat perlu waktu lebih lama, gigi biru keabuan umumnya tidak memberikan hasil memuaskan, multi warna disertai pita warna sangat sulit untuk diputihkan.

Pada gigi yang mengalami pewarnaan kuning dapat dirawat dengan metode Supervised Home Dental Whitening atau in office Dental Whitening. Untuk gigi dengan pewarnaan coklat, biru keabuan, serta multi warna yang disertai pita warna dapat dilakukan satu atau dua kali in office Dental Whitening yang diikuti dengan Survised Home Dental Whitening satu hingga dua bulan.

Supervised Home Dental Whitening didahuli dengan mouth preparation berupa perawatan, pencabutan, dan pembersihan sesuai indikasi. Kenudian dilakukan pencetakan untuk pembuatan tray yang akan digunakan untuk mengaplikasikan bahan pemutih. Tray yang sudah selesai kemudian di try-in, setelah pas perawatan dapat dimulai.

Prosedur in Office Dental dilakukan sesuai petunjuk pabrik masing-masing bahan. Umumnya setelah bahan diaplikasikan dilakukan penyiaran dengan cahaya dari alat khusus sebagai akselelator. Prosedur ini dilakukan dua sampai tiga kali dengan penyiaran setiap kalinya sekitar 20 menit. Lama dan keseuksesan pemutihan gigi sangat tergantung pada pewarnaan yang terjadi.

Perlu diperhatikan perlindungan terhadap pasien dan operator dari bahan pemutih serta cahaya akselelator yang digunakan. Umumnya bahan pemutih gigi memberikan reaksi sensitif.

Pemutihan Gigi Non Vital

Indikasi pemutihan gigi non vital adalah gigi nekrosis yang sudah mendapat perawatan endodontik dengan baik dan berhasil, terdapat pewarnaan intrinsik, tidak terdapat kelainan periodontal, memiliki ketebalan email dan dentin sehat yang cukup,serta tidak terdapat resorpsa internal maupun eksternal pada akar. Sedangkan kontra indikasinya adalah perawatan edodontik yang tidak baik dan atau tidak berhasil, email dan dentin dengan ketebalan sangat tipis, terdapat kelainan periodontal, serta sensitif terhadap bahan pemutih gigi.

Prosedur pemutihan dapat dilakukan dengan meletakan bahan pemutih di dalam kamar pulpa yang telah dipersiapkan, kemudian ditumpat dengan tambalan sementara,demikian berulang-ulang sampai didapat hasil yang diharapkan. Metode lain dilakukan diruang prakter dokter, dengan meletakan bahan pemutih di ruang pulpa kemudian diaktifkan dengan cahaya yang dihasilkan alat khusus.

Hal penting yang harus diperhatikan dalam pemutihan gigi non vital adalah membuat seal antara bahan pemutih dengan bahan pengisi saluran akar, dapat menggunakan glass ionomer, komposit, atau semen polilarbosilat.

Sumber :
http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=763&Itemid=1

Materi Odol Agar Gigi Afdol

Belum afdol rasanya menggosok gigi tanpa menggunakan odol. Sebab, dengan pasta itu, gigi bisa tampak bersih, putih, kuat, hingga membuat napas menjadi segar.

Di pasar, pilihannya sangat beragam, dari rasa mint hingga buah-buahan. Malah satu produsen pasta gigi membikin spesifik produknya untuk gigi sensitif, herbal, putih, dan untuk gigi susu. Banyak kalangan bertanya-tanya. Apakah kandungan dalam odol yang katanya membuat gigi cemerlang itu efektif dan betul-betul aman dalam jangka waktu yang lama?

Namun, kegamangan akan hal itu sepertinya tidak menimpa presenter layar kaca Erwin Parengkuan dalam memilih odol untuk keluarga. Yang penting, bagi dia, adalah pasta gigi itu bisa membersihkan gigi dan menghilangkan plak dengan aman.

Meski yang membeli odol ternyata adalah sang istri, Jana Parengkuan, dia yakin mantan pacarnya itu tahu yang terbaik. "Kalau terbukti efektif membersihkan gigi, saya malas ganti-ganti (produk)," ujarnya seusai tampil menjadi bintang tamu dalam acara peluncuran produk pasta gigi di Jakarta beberapa waktu lalu.

Menurut Dr Paulus Januar, drg, MS, dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), masyarakat sebaiknya memilih pasta gigi yang ukuran partikelnya tidak terlalu kasar, sehingga tidak membuat gigi iritasi.

Kemudian kandungan yang ada di dalamnya jangan sampai mengandung racun yang malah merugikan kesehatan si pengguna. Misalnya keracunan fluoride, (fluorosis) yang menyebabkan gigi menjadi cokelat. "Sampai saat ini penggunaan fluoride dalam pasta gigi memang masih pro dan kontra," ujar Paulus kepada Tempo, Selasa lalu.

Beberapa literatur menunjukkan bahwa keberadaan fluoride dalam odol sangat dibutuhkan. Kandungan ini diindikasikan dapat melindungi gigi dengan cara melapisinya agar tahan dari proses pembusukan. Kandungannya juga berperan sebagai efek detergen--pembersih--bagi gigi. Namun, dosis fluoride dalam odol sangat dibatasi. Standar Nasional Indonesia, seperti dilansir PDGI online, mensyaratkan kandungan fluoride dalam pasta gigi orang dewasa adalah 800-1.500 ppm. Sementara itu, fluoride dalam pasta gigi anak adalah 500-1.000 ppm.

Menurut Wakil Dekan IV Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Dr Tri Erri Astoeti, drg, MKes, beberapa studi memang mengatakan kandungan fluoride itu berbahaya. Jika fluoride dalam tubuh melebihi kadar semestinya, jelas bisa merugikan kesehatan. Apalagi, tutur Erri, seseorang tidak tahu berapa kadar fluoride yang mengendap dalam tubuh mereka.

"Kita tidak bisa mengontrol fluoride dalam air minum dan makanan," ucap Erri seusai menjadi pembicara dalam acara peluncuran produk pasta gigi di Jakarta beberapa waktu lalu. Pasta gigi adalah fluoride topikal, berbeda dengan fluoride yang bersumber dari makanan dan minuman. "Makanya, jangan sampai tertelan, dong, odolnya," ujarnya mengingatkan.

Dalam pasta gigi juga terkandung zat formalin, yang populer beberapa dalam tahun belakangan. Terlepas dari kontroversi yang ada sebelumnya, dokter berjilbab ini menjelaskan bahwa formalin digunakan untuk merawat fungsi semua kandungan dalam odol, sehingga kondisi produk tetap aman meski odol telah dibuka. Ketentuan Badan Pengawas Obat dan Makanan adalah jika tidak melebihi 0,05 persen komposisi, formalin dalam pasta gigi tak perlu dicantumkan. Asumsinya, formalin dalam pasta gigi hingga kini masih dalam ambang batas aman.

Kemudian produsen pasta gigi juga menggandeng bahan-bahan herbal, meski dalam penelitian Inne Suherna Sasmita dan kawan-kawan, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Bandung, berjudul Gambaran Efek Pasta Gigi yang Mengandung Herbal terhadap Penurunan Indeks Plak pada 2006 mendapati bahwa bahan tumbuhan yang ditambahkan ke dalam pasta gigi, seperti lidah buaya, jeruk nipis, dan daun sirih, tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan indeks plak--ketimbang pasta gigi tanpa herbal.

Hal itu disimpulkan Inne setelah mengkaji 30 orang siswa Pesantren Modern Al-Aqsha Jatinangor. Hasilnya, dua kelompok yang menggunakan odol dengan dan tanpa herbal memiliki efektivitas yang sama terhadap penurunan indeks plak gigi.

Selanjutnya, studi yang teranyar adalah pemakaian kandungan mikro kalsium dalam pasta gigi. Produsen pasta gigi yang mencampurkan bahan itu mengklaim bahwa mikro kalsium yang menempel pada lapisan plak gigi secara berkala melepaskan kalsium, sehingga bisa meningkatkan kadar kalsium di dalam mulut sekitar 50-100 persen.

Jumlah kalsium dalam mulut yang banyak ini diasumsikan akan membantu penyerapan kalsium lebih baik. Nah, pengikisan kalsium saat seseorang mengkonsumsi makanan kariogenik--asam dan gula--dijadikan dasar untuk fungsi mikro kalsium dalam pasta gigi.

Menurut Erri, pada gigi ada mineral, yang di antaranya kalsium, fosfat, dan fluore. Pada saat terjadi demineralisasi--yaitu saat gula difermentasi oleh kuman dan gigi menjadi asam--mineral itu lepas semua. Kandungan-kandungan penting dalam mineral pergi sementara. Jadi harus cepat diganti dengan makanan yang mengandung fluore dan kalsium.

"Nah, kalsium dan fluoride itu bisa menggantikan kandungan mineral yang hilang. Proses demineralisasi, dijelaskan oleh dokter flamboyan ini, biasanya berlangsung selama 30 menit. "Saat itulah merupakan potensi terbentuknya titik-titik lubang."

Karena itu, para ahli menganjurkan setiap orang langsung menyikat gigi setelah makan, supaya lubang-lubang yang berpotensi terbentuk itu jadi tertutup. Jika gigi terbengkalai hingga terbawa tidur selama berjam-jam, bisa dibayangkan proses keasaman yang terjadi di dalam mulut. Keasaman menjadi tetap dan tidak naik. "Mulut itu PH normalnya adalah 7. Makin PH-nya turun, maka semakin asam mulut tersebut," Erri menerangkan. Karena itu, hindari makanan tersisa di gigi saat akan tidur.

Penjelasan dari Erri itu mendorong Erwin mendisiplinkan ketiga buah hatinya untuk selalu menggosok gigi. Dia kerap membopong ketiga anaknya yang berusia 10, 7, dan 3 tahun itu ke wastafel untuk menggosok gigi sebelum tidur. "Yang paling kecil masih sulit diajak," pria kelahiran Manado ini menjelaskan. Selain itu, Erwin mengontrol konsumsi makanan yang mengandung gula bagi mereka. "Saya selalu ajari mereka untuk menyikat gigi minimal dua kali sehari."

Adapun Erri menyarankan masyarakat untuk menyikat gigi minimal dua kali sehari, yaitu sesudah makan dan sebelum tidur. "Tidak ada maksimalnya," katanya. Yang lebih penting bukan kuantitasnya, melainkan kualitasnya. Dari laporan Departemen Kesehatan, didapati bahwa masih lebih dari 60 persen penduduk Indonesia salah dalam menyikat gigi. "Baik waktu maupun cara menyikat giginya."

Sebenarnya, selain tiga kandungan di atas, masih ada kandungan lain dalam pasta gigi, yaitu pemutih. Namun, pemutih cuma estetika. Sebab, warna gigi seseorang berbeda-beda, tergantung warna kulit. Orang berkulit putih umumnya bergigi keabu-abuan, lalu gigi orang berkulit hitam cenderung putih, sedangkan gigi orang berkulit sawo matang biasanya berwarna kuning. Demikian kata Ketua PDGI drg Zaura Rini Matram, seperti yang pernah dikutip Tempo.


Sumber :
HERU TRIYONO
http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2009/08/13/brk,20090813-192354,id.html
13 Agustus 2009

Tujuh Mitos dan Fakta Seputar Gigi Berlubang

APAKAH Anda selalu menghindari lemon karena takut kandungan asamnya merusak gigi? Atau, Anda sangat membatasi konsumsi gula karena takut gigi berlubang? Hal ini tidak sepenuhnya benar, namun umumnya sangat diyakini di tengah-tengah masyarakat. Untuk membantu Anda mendapatkan pemahaman yang tepat, berikut beberapa mitos dan faktar seputar gigi berlubang menurut Kimberly A. Harms, DDS, seorang consumer advisor American Dental Association.

1. Gula merupakan penyebab utama gigi berlubang

Mitos dan fakta. Gigi berlubang disebabkan oleh asam yang diproduksi oleh bakteri di dalam mulut. Bakteri akan mengonsumsi karbohidrat, yang salah satunya adalah gula. Makanan lain seperti beras, kentang, roti, buah-buahan dan sayuran juga termasuk karbohidrat. Saat Anda mengonsumsi makanan ini, bakteri akan aktif dan memproduksi asam yang bersifat melubangi gigi.

"Begitu terbentuk lubang kecil, maka bakteri akan mempunyai tempat aman yang tidak bisa dijangkau oleh sikat gigi," terang Harm. Bakteri ini akan terus mengolah karbohidrat, menghasilkan asam, sehingga lubang di gigi semakin melebar.

Apakah konsumsi karbohidrat harus dikurangi? Menurut Harm, bukan jumlahnya tetapi lama paparan yang mempengaruhi kerusakan gigi. Jika Anda makan banyak karbohidrat saat makan siang, itu hanyalah satu paparan besar. Tapi, jika Anda terus-terusan minum minuman bergula sepanjang hari, maka dikatakan paparan berkelanjutan."Dan ini jauh lebih membahayakan kesehatan gigi."

2. Terpapar makanan asam seperti lemon bisa merusak gigi

Fakta. Makanan asam seperti lemon, jeruk sitrus, atau minuman ringan tidak menyebabkan gigi berlubang. Tetapi makanan ini bisa membahayakan email gigi."Asam bisa mengikis lapisan email pelindung gigi dan membuat gigi jadi rapuh," terang Harm. Jika Anda kehilangan lapisan pelindung, maka gigi cenderung lebih mudah rusak.

3. Anak-anak berisiko lebih besar menderita gigi berlubang dibandingkan orang dewasa

Mitos. Kerusakan gigi pada anak selama 20 tahun terakhir, menurut Harm, telah bisa dikurangi hingga setengahnya dengan bantuan air yang mengandung fluor beserta perawatan lainnya.

Di sisi lain, jumlah gigi berlubang justru meningkat pada orang dewasa. Peningkatan ini, menurut Harm, dipicu oleh berbagai hal termasuk penggunaan obat yang bersifat mengeringkan mulut dengan cara mengurangi air liur. Air liur sangat penting dalam melawan kerusakan gigi dengan cara menetralkan asam, mengeluarkan bakteri, mencegah makanan lengket ke gigi, serta mengandung komponen yang bersifat desinfektan.

4. Aspirin yang ditempatkan di samping gigi akan membantu meredakan sakit gigi

Mitos. Anda bisa meredakan sakit gigi dengan cara menelan aspirin. Aspirin, menurut Harm, bersifat asam dan jika diletakkan di samping gigi justru akan membakar jaringan gusi dan menyebabkan bengkak."Jadi, jangan melakukan hal ini, pastikan menelan aspirin tersebut."

5. Anda akan tahu saat gigi mulai berlubang

Mitos. Menurut Harm, pernyataan ini hanyalah mitos semata. Kerusakan gigi ringan, terang dia, tidak menimbulkan gejala. Rasa sakit yang dirasakan muncul setelah gigi mengalami kerusakan parah dan menyebabkan kerusakan saraf. Dan sekali gigi mengalami kerusakan, lanjut harm, gigi tidak akan bisa memperbaiki dirinya sendiri. Gigi berlubang akan terus melebar. Karena itu, pastikan memeriksakan gigi secara teratur.

6. Begitu gigi diobati, maka kerusakan pun akan turut berhenti

Fakta. Menurut Harm, Anda mungkin kembali mengalami kerusakan gigi tetapi di area gigi yang lain. Bagian rusak yang telah diperbaiki dan dirawat dengan cara menggosok dan flossing biasanya tidak akan mengalami kerusakan kembali.

Akan tetapi, bahan yang digunakan untuk menutup lubang (filling) bisa saja bertambah tua dan batas perlekatannya dengan gigi menjadi retak. Dan karena area tersebut tidak bisa dicapai oleh sikat gigi, maka bakteri bisa masuk dan kembali memicu kerusakan baru.

7. Ruang di antara gigi mempengaruhi kemungkinan gigi berlubang

Fakta. Jika ada jarak kecil antara gigi yang satu dengan yang lain dan tidak bisa dibersihkan, maka Anda lebih berisiko mengalami gigi berlubang."Jarak yang lebih besar lebih mudah untuk dibersihkan, dan sepanjang ruang renggang ini bebas bakteri, kemungkinan gigi berlubang pada jarak yang lebar lebih kecil." (OL-08)


Sumber :
Ika Rowina Tarigan
http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2009/08/22/1535/5/Tujuh-Mitos-dan-Fakta-Seputar-Gigi-Berlubang
22 Agustus 2009

Gigi Kawat yang Terawat

Sebenarnya, penggunaan kawat gigi berfungsi untuk memperbaiki posisi gigi kita yang tidak benar (proporsional) dan tidak rata. Hal itu banyak dilakukan untuk mendapatkan senyum manis yang sempurna. Perawatan yang tidak baik justru menjadi pemicu terjadinya kerusakan pada kawat dan gigi itu sendiri, sehingga membuatnya menjadi tidak nyaman waktu dipakai. Mempelajari dasar-dasar pemeliharaan kawat gigi dapat membantu untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi.

1. Bersiap untuk menyikat gigi. Lepaskan semua “aksesori” pendukung, seperti karet gigi dan peralatan orthodontik lainnya sebelum menyikat gigi.

2. Bersihkan kawat. Genggam sikat gigi dan buat sudut 45 derajat untuk membersihkan kotoran dan plak yang ada di daerah sekitar kawat dan pin. Lakukan gerakan menyikat dari atas ke bawah pada setiap gigi. Ambil waktu sedikit untuk memastikan semua plak dan kotoran sudah tuntas dibersihkan. Lakukan hal yang sama pada gigi di bagian geraham lainnya.

3. Sikat gigi. Bersihkan tiap gigi kita satu-persatu. Pertama, arahkan sikat gigi kita 45 derajat ke arah gusi, lakukan penyikatan dengan gerakan memutar secara perlahan-lahan selama 10 detik. Lakukan gerakan ini pada semua bagian permukaan gigi (depan dan belakang). Turunkan sikat jika perlu untuk menggapai bagian dalam dari gigi depan yang kecil.

4. Rutin flossing. Gunakan benang gigi yang sudah didesain untuk gigi berkawat. Lakukan secara rutin 1 kali sehari.

5. Cuci dan periksa. Berkumurlah dengan air atau obat kumur. Setelah selesai, periksa kembali gigi kita di depan kaca untuk memastikan semua bagian sudah bersih.

(Astrid Anastasia/Prevention Indonesia)


Sumber :
http://female.kompas.com/read/xml/2009/09/13/16341030/Gigi.Kawat.yang.Terawat
13`September 2009

Obat Alami Sakit Gigi

Sakit gigi merupakan gangguan kesehatan yang umum terjadi dan seringkali muncul tanpa gejala sebelumnya. Rasa sakitnya yang bervariasi mulai dari tajam, berdenyut, hingga konstan.

Rasa sakit yang ditimbulkan sangat mengganggu. Belum lagi, jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, kerusakan gigi akan bertambah parah sehingga harus dicabut. Ada beberapa obat alami yang bisa Anda coba untuk meredakan sakit gigi.

Bawang putih
Bawang putih efektif meredakan sakit gigi. Caranya, haluskan satu siung bawang putih dicampurkan dengan sedikit garam kasar kemudian tempatkan di area yang sakit. Sebagai tindakan pencegahan, kunyah satu siung bawang putih setiap pagi.

Bawang merah
Bawang merah mengandung komponen antibakteri. Mengonsumsi satu bawang merah setiap hari dengan cara mengunyah terbukti bisa melindungi dari berbagai gangguan gigi. Mengunyah bawang merah selama 3 menit cukup untuk membunuh semua kuman di mulut. Dan Anda bisa meredakan gigi yang sedang sakit dengan cara menempatkan sepotong kecil bawang merah di area gigi atau gusi yang sakit.

Jeruk limau
Jeruk limau, sebagai sumber yang kaya vitamin C, sangat bermanfaat mempertahankan kesehatan gigi dan tulang di bagian tubuh lainnya. Jeruk limau dinyatakan bisa mencegah gigi berlubang dan gigi tanggal, pembentukan plak gigi, sakit gigi, dan perdarahan pada gusi.

Minyak cengkeh
Cengkeh efektif meredakan sakit gigi, juga mengurangi infeksi karena mengandung antiseptik. Caranya, oleskan minyak cengkeh ke lubang gigi yang mengalami kerusakan.

Tepung lada
Campuran sedikit tepung lada dengan 1/4 sendok teh garam sangat bagus untuk menjaga kebersihan gigi. Jika digunakan secara teratur setiap hari bisa mencegah gigi berlubang, nafas bau, gusi berdarah, sakit gusi, dan sakit gigi. Untuk meredakan sakit gigi, Anda bisa menempatkan campuran tepung lada dan minyak cengkeh ke dalam lubang gigi. (MHS/dila)


Sumber :
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/sehat/2009/08/28/405/Obat.Alami.Sakit.Gigi
28 Agustus 2009

Gigi Berlubang, Cabut Atau Rawat?

Apakah ada gigi Anda yang berlubang? Atau malah sudah pernah merasakan sakit gigi, ngilu, nyut-nyutan dan mahkota gigi sudah keropos dan tidak utuh lagi. Lantas tindakan apa yang dilakukan, minum obat, atau tempelkan koyo di pipi, berobat ke dokter gigi atau malah dibiarkan saja hingga rasa sakit hilang dengan sendirinya?

Kalau gigi sudah berlubang besar, apalagi kalau sudah pernah sakit dan mengganggu, sebagian besar orang mungkin akan berpikir masalah akan selesai. Terutama, datang ke dokter gigi dan meminta agar gigi tersebut dicabut saja. Atau, bila sudah tidak sakit lagi dibiarkan saja. Terlebih, tidak ada keluhan apa-apa, berarti gigi tersebut sudah sembuh. Namun sebetulnya tidak demikian.

Gigi yang berlubang akan menimbulkan sakit berdenyut kalau sudah mencapai ruang pulpa yang isinya adalah jaringan syaraf dan pembuluh darah. Bila tidak dirawat, infeksi bisa menyebar ke jaringan di bawah gigi dan menimbulkan abses. Abses berisi nanah, dan menyebabkan pembengkakan di gusi. Pada kasus-kasus tertentu abses ini bisa besar sekali hingga pipi menjadi bengkak. Gigi yang sedang sakit dan mengalami abses tidak boleh langsung dicabut karena infeksi yang terjadi sedang dalam fase akut. Rasa sakit dan abses harus diredakan dulu, dengan minum obat antibiotik sesuai resep dokter.

Minum obat penghilang rasa sakit yang dapat dibeli dengan mudah di toko obat atau apotek mungkin ampuh untuk mengusir rasa sakit yang menyiksa. Namun tidak menghilangkan infeksi yang terjadi pada gigi penyebab. Suatu saat rasa sakit mungkin akan timbul lagi, selama gigi penyebab tidak dirawat dengan tuntas.

Gigi berlubang yang sudah pernah sakit berdenyut spontan lalu dibiarkan tidak dirawat kemudian rasa sakit itu hilang, besar kemungkinan syaraf gigi sudah mati. Dengan kata lain, infeksi gigi sudah mencapai daerah di ujung akar dan menyebabkan abses. Pencabutan adalah pilihan perawatan yang terakhir. Apalagi, bila tindakan konservatif dan preservatif sudah tidak dapat lagi dilakukan.

Cabut Gigi Selesaikan Masalah?

Adakah kerugian bila satu gigi yang hilang karena dicabut? Toh, masih bisa makan. Senyum juga masih oke, yang hilang kan gigi belakang. Atau akar gigi yang masih tersisa dibiarkan saja, selama tidak sakit dan tidak ada keluhan berarti tak masalah. Boleh jadi, demikian pikiran sebagian besar orang. Bagaimana yang sesungguhnya?

Ambil contoh gigi yang dicabut adalah salah satu gigi geraham bawah. Seiring waktu, gigi antagonisnya (gigi geraham atas) dapat turun dan memanjang karena gigi lawannya tidak ada. Gaya kunyah kita menyebabkan gigi cenderung semakin maju seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya posisi gigi tidak selalu tetap.

Mungkin pula posisi gigi saat seseorang mencapai usia tua mengalami perubahan bila dibandingkan sewaktu muda. Gigi di sebelah gigi yang dicabut juga dapat berubah posisi, yaitu miring ke arah gigi yang hilang. Awalnya, mungkin dampaknya tidak akan terlalu terasa. Namun kondisi ini akan mengganggu fungsi kunyah dan pada beberapa kasus yang berat dapat menyebabkan perubahan posisi gigi-gigi lain hingga ketidaknyamanan pada sendi rahang.

Karena ada gigi yang hilang, biasanya mengunyah pada sisi tersebut jadi tak nyaman. Akibatnya mengunyah hanya pada satu sisi saja. Padahal hal tersebut merugikan karena sisi yang tidak dipakai mengunyah justru lebih kotor daripada sisi yang digunakan untuk mengunyah. Ini lantaran aliran air liur di sisi tersebut lebih sedikit.

Pengunyahan akan menstimulasi keluarnya air liur. Keberadaan air liur sangat penting, salah satu fungsinya adalah untuk membilas kotoran dan sisa makanan. Karakteristik orang yang mengunyah satu sisi adalah karang gigi yang terbentuk lebih banyak pada sisi yang tidak digunakan untuk mengunyah.

Perawatan Saluran Akar

Lubang gigi yang sudah mencapai pulpa tidak lagi dapat sekadar ditutup dengan bahan tambal. Sebelumnya, harus dilakukan perawatan saluran akar (endodontic treatment ataupun root canal treatment). Saluran akar harus dibersihkan agar steril dan bebas dari infeksi kuman. Lalu, saluran akar tersebut diisi dengan bahan pengisi saluran akar agar mencegah kontaminasi bakteri.

Setelah melewati beberapa hari dan saat pasien datang untuk kontrol tidak ada keluhan, lubang yang menganga pada gigi tersebut ditutup dengan restorasi. Ada beberapa jenis restorasi yang dapat dipilih, bergantung pada kondisi gigi. Mahkota yang dinding-dinding tegaknya masih utuh dapat dibuatkan tambalan dengan logam tuang yang dikerjakan di laboratorium, atau mahkota tiruan bila sudah banyak jaringan mahkota gigi yang hilang.

Memang perawatan ini memerlukan kesabaran baik dari dokter gigi maupun pasien. Sebab, biasanya penyelesaiannya membutuhkan lebih dari satu kali kunjungan. Biayanya pun tidak kecil. Namun setidaknya dapat memperpanjang usia gigi tersebut berada dalam mulut.

Kesimpulannya, keputusan untuk menjawab pertanyaan yang menjadi judul dari artikel ini ada di tangan Anda.(ANS)


Sumber :
drg Martha Mozartha
http://kesehatan.liputan6.com/tips/200909/243395/Gigi.Berlubang.Cabut.Atau.Rawat.
7 September 2009

Gigi

Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam mulut dari banyak vertebrata. Mereka memiliki struktur yang bervariasi yang memungkinkan mereka untuk melakukan banyak tugas. Fungsi utama dari gigi adalah untuk merobek dan mengunyah makanan dan pada beberapa hewan, terutama karnivora, sebagai senjata. Akar dari gigi tertutup oleh gusi. Gigi memiliki struktur pelindung yang disebut email gigi, yang membantu mencegah lubang di gigi. Pulp dalam gigi menciut dan dentin terdeposit di tempatnya.
Gigi merupakan bagian paling membedakan di jenis mamalia yang berbeda, dan salah satu yang bisa menjadi fosil dengan baik. Paleontologis menggunakannya untuk mengidentifikasi jenis fosil dan seringkali hubungan di antaranya. Bentuk gigi berhubungan dengan jenis makanan hewan tersebut. Misalnya herbivora memiliki banyak gigi geraham untuk mengunyah karena rumput sulit untuk dicerna. Karnivora membutuhkan taring untuk membunuh dan merobek, dan karena daging mudah untuk dicerna, maka mereka dapat menelan makanan tersebut tanpa membutuhkan geraham untuk mengunyah makanan tersebut terlebih dahulu.


Bagian Gigi

Mahkota gigi atau corona, merupakan bagian yang tampak di atas gusi. Terdiri atas:
Lapisan email, merupakan lapisan yang paling keras.
Tulang gigi (dentin), di dalamnya terdapat saraf dan pembuluh darah.
Rongga gigi (pulpa), merupakan bagian antara corona dan radiks.
Leher gigi atau kolum, merupakan bagian yang berada di dalam gusi.
Akar gigi atau radiks, merupakan bagian yang tertanam pada tulang rahang. Akar gigi melekat pada tulang rahang dengan perantaraan semen gigi.
Semen gigi melapisi akar gigi dan membantu menahan gigi agar tetap melekat pada gusi. Terdiri atas:
Lapisan semen, merupakan pelindung akar gigi dalam gusi.
Gusi, merupakan tempat tumbuh gigi.


Jenid Gigi

Berdasarkan masa pertumbuhan:
Gigi susu yaitu gigi yang tumbuh mulai usia 6 bulan. Jumlah terbanyak 20 buah.
Gigi tetap/permanen yaitu pengganti gigi susu yang berangsur-angsur tanggal. Paling banyak berjumlah 32 buah.
Berdasarkan bentuk:
Gigi seri berfungsi menggigit atau memotong makanan.
Gigi taring berfungsi merobek atau mencabik makanan.
Geraham depan dan geraham belakang berfungsi mengunyah atau melumatkan makanan.


Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Gigi
3 Oktober 2009